Tuesday, 7 July 2020

Sudah Siapkah Menikah?

Menikah, entah kenapa menjadi topik pembicaraan yang akhir-akhir ini terlalu sering dibahas. Yah sejak menginjak usia 20-an, setelah menyelesaikan kuliah, dan saat ini sudah bekerja, menikah menjadi hal yang paling sering menjadi pertanyaan. Baik oleh orang-orang terdekat, orang yang hanya sekadar kenal, teman lama yang baru berjumpa. Entah itu yang ketemu langsung ataupun hanya berbincang di social media.

Hampir tiap hari ada singgungan, tanya ataupun anjuran seperti "menikah mi cepat!", "kapan nikah?", "menikah mi dulu", dan kalimat-kalimat lain yang diutarakan baik serius ataupun hanya sekadar bercanda. Persoalan menikah ini bahkan menjadi topik candaan yang tidak jarang menjadi bahan bully-an teman-teman yang kadang kadarnya sudah sampai membuat saya juga jengah.

Seolah menikah adalah hal yang mudah, hal remeh yang bisa dilakukan begitu saja tanpa pemikiran dan perencanaan yang matang. Padahal menikah itu perlu kesiapan dari diri. Dan kitalah yang paling tahu, bagaimana kita juga sudah begitu berkeinginan untuk melaksanakan sunnah Rasul tersebut. Tapi di sisi lain, kita juga yang paling tahu perihal kesiapan diri kita. Sebab ini untuk kehidupan dan masa depan kita. Bagiku pernikahan bukanlah hal main-main yang bisa diputuskan begitu saja.

Mengenai kesiapan untuk menikah, ada seseorang yang pernah bertanya pada saya, "Sudah siapkah saya untuk menikah?" Saya tidak tahu apa maksud dari dia mempertanyakan hal ini. Waktu itu saya tidak memikirkan jawabannya dengan benar, saya pun memberi jawaban sekadarnya saja. Tapi entah kenapa pertanyaan itu begitu melekat di pikiranku dan menjadi pertanyaan yang terus berulang kutanyakan pada diriku sendiri.

Dulu saya ingin menikah muda dan sudah membuat target kapan mau menikah. Waktu menjelang akhir masa kuliah, saya pernah menulis "Menikah di awal tahun 2019" sebelum umurku genap 23 tahun. Tapi, seiring berjalannya waktu dan semakin banyak melihat pengalaman orang-orang terdekat mengenai pernikahan, saya mulai meragu. Apalagi pernah punya cerita pahit dengan masalah percintaan membuat saya sulit untuk percaya dengan seseorang.

Menikah, tentunya setiap orang punya ekspektasi tentang kehidupan pernikahan yang bahagia. Pernikahan yang untuk sekali seumur hidup. Tapi, di realitanya tak selalu berjalan sesuai yang diharap. Menjalani biduk rumah tangga itu sudah pasti akan banyak rintangan dan ujiannya. Yang tampak baik-baik saja bukan berarti tidak terjadi apa-apa. Akan ada banyak masalah yang timbul, yang sebelumnya  tak pernah terpikirkan. Dan itu membutuhkan kesiapan.

Karenanya, kita perlu untuk mempelajari ilmunya, tahu tugas dan tanggung jawabnya, faham hak dan kewajibannya. Dan itulah yang kembali saya pertanyakan ke diri saya sendiri, sudahkah saya?
Sebab saya tak ingin mengulang cerita tentang kegagalan pernikahan orang-orang terdekat saya.

Kembali ke target, awal 2019 Allah memberi saya rezeki lain yang tidak pernah saya sangka sebelumnya. Bukan jodoh, tapi pekerjaan baik yang diinginkan banyak orang. Di titik ini, saya benar-benar menyadari bahwa kita bisa berencana tapi Allah  yang menentukan. Bisa jadi hal yang kita tidak sukai tapi amat baik menurut-Nya. Begitupula perihal jodoh, saya sudah tidak ingin membuat target ataupun keinginan yang muluk-muluk. Karena, Jika Allah sudah menakdirkan, kita berada di waktu dan bersama orang yang tepat, maka dialah jodohku.

Jadi, siap atau tidak itu hal yang tidak akan bisa diukur. Tergantung siapa, waktu, tempat dan garis takdir dari Yang Maha Kuasa.

Dan untuk orang-orang yang begitu peduli dan sangat memperhatikan teman, saudara atau orang-orang terdekatnya yang masih betah ngejomblo atau belum menikah, terimakasih, tapi, bagi saya setiap orang memiliki waktu yang tepatnya masing-masing. Jika saat ini temanmu yang jomblo masih belum menemukan jodoh belahan jiwanya, cukuplah didoakan agar disegerakan bertemunya. Jangan di-bully, bercanda juga sewajarnya saja. Karena penerimaan setiap orang itu berbeda, walau kamu tidak bermaksud buruk, belum tentu temanmu menerima dan menganggap ucapanmu baik. Toh, kalau dia sudah menemukan jodohnya tanpa dimintapun pasti undangannya bakal sampai kepadamu juga kok. Kalau kamu diingat sih yah haha.

Eh tapi, tanpa sadar saya juga terkadang masih sering bercandaan dan saling mem-bully dengan sesama teman yang belum menikah alias jomblo sih, maafin yah  hehe.... 🤭😁😅






~WS

Saturday, 1 February 2020

Sepotong Cerita Saat Mengikuti Seleksi CPNS

Sudah masuk bulan ke dua di tahun 2020 saja. Waktu ternyata bergerak secepat itu. Sudah cukup lama juga saya tidak menulis, dan kali ini saya ingin berbagi sedikit cerita mengenai kisah saya saat mengikuti seleksi tes CPNS 2018 lalu. Karena sekarang tes CPNS 2019 sedang hangat-hangatnya menjadi perbincangan, dan juga melihat beberapa teman yang menulis dan membagikan kisah mereka membuatku juga tergelitik untuk membuat tulisan ini. Selain itu, saya juga ingin menunaikan janji saat beberapa teman yang berulang kali bertanya kepada saya mengenai tips dan trik serta saran dalam menghadapi tes CPNS.

Sejujurnya saat ditanya seperti itu, saya sulit menjawabnya dan saya tidak tahu harus memberikan masukan seperti apa. Tapi, di sini saya akan sedikit menceritakan pengalaman saya.

Sebenarnya sejak awal, saya tidak pernah berkeinginan untuk menjadi seorang PNS. PNS tidak pernah termasuk dalam list cita-cita saya. Ketika saya telah menyelesaikan kuliah saya, sayapun menjadi dilema dan berada pada titik dimana saya merasa menjadi orang yang sangat tidak berguna, saya tidak tahu mau jadi apa saya sebenarnya, semua harapan dan keinginan saya terasa mustahil untuk berwujud nyata. Lalu setelah melewati renungan yang cukup panjang saya sampai pada kesimpulan bahwa saya harus menjadi orang yang berguna, apapun yang saya kerjakan setidaknya saya bisa memiliki manfaat untuk diri saya sendiri dan orang-orang terdekat saya.

Di tahun 2017 saya sempat mendaftar tes CPNS di Kemenkumham, dan sudah dinyatakan lolos berkas, tapi saya tidak sampai mengikuti SKD karena di hari pelaksanaan tes saya masih terbaring sakit dan tak ada persiapan belajar sedikitpun. Setelah itu, di awal tahun 2018 saya mulai mencari kerja di manapun saat ada lowongan terbuka, saya pasti membawa lamaran saya. Tapi kegagalan selalu mematahkan semangat. Hingga di pertengahan tahun 2018 saya mulai menyerah dan sempat berkata kepada orang tua saya bahwa saya sudah tidak mau lagi mencari kerja, lebih baik saya membantu mereka jualan di pasar.

Saat itu kabar akan adanya tes CPNS 2018 mulai berhembus tapi saya biasa-biasa saja mendengarnya dan tidak berniat untuk mendaftar, mengingat cerita dari teman-teman yang ikut tes di tahun lalu bahwa soalnya sangat susah. Saya juga kebayang betapa rempongnya pengurusan berkasnya nanti sudah membuat saya malas.

Kemudian seorang teman menawarkan saya untuk bekerja di kantornya, bukan sebagai pegawai tetap dan gajinya juga tidak seberapa tapi lumayan. Saya akhirnya bekerja di sana. Beberapan bulan kemudian tes CPNS benar dibuka semua orang yang saya kenal begitu antusias untuk mendaftar. Mereka sudah mulai menyiapkan berkas persyaratan dan mulai memilih formasi dan dimana akan mendaftar. Sedang saya masih bimbang antara mau mendaftar atau tidak.

Akhirnya setelah beberapa lama, saya juga mulai mencari informasi dimana saja ada terbuka formasi untuk jurusanku.  Waktu itu saya berpikir, Kalau di Kota Kendari tak ada formasinya mungkin saya tidak akan mendaftar . Tapi, ternyata ada tiga formasi untuk jurusan Ilmu Komunikasi di Kota Kendari yaitu formasi analis publikasi di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan, dan Bagian Humas dan Protokol Sekda. Harus pintar-pintar menentukan pilihan karena hanya bisa memilih satu formasi saja.

Singkat cerita saya akhirnya memilih formasi di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dan menyelesaikan semua proses pendaftaran di hari terakhir. Saya mulai sedikit pesimis karena melihat jumlah pendaftar di formasi yang saya lamar sebanyak 88 orang dan kemungkinan saya untuk lulus itu cuman nol koma nol sekian persen.

Pada saat itu, orang-orang di sekitar saya sudah mulai giat belajar. Sedangkan saya sama sekali tidak ada niatan untuk belajar. Nanti pada saat jadwal tes saya sudah keluar barulah saya mulai kepikiran dan akhirnya mencoba belajar. Mulai dari belajar di aplikasi simulasi CAT BKN yang banyak dan bisa di download di play store, nonton video cara-cara menjawab soal di youtube,  dan belajar dari soal-soal yang dibagikan di akun-akun media sosial mengenai CPNS yang saya ikuti.

Tibalah hari H saya mengikuti tes, waktu itu saya lupa hari apa, yang saya ingat saya berada di sesi 5 yang waktu tesnya pukul 13.30 siang. Di lokasi tes saya menemui teman-teman saya yang ternyata mendapat jadwal tes yang sama. Sambil menunggu memasuki ruang tes, di situ kami saling bercanda dan saling menyemangati meski beberapa di antara kita bersaing karena memilih formasi yang sama. Setidaknya mengurangi sedikit kegugupan saya, karena bagaimanapun saya merasa kurang siap menghadapi tes kali ini.

Waktu tes pun di mulai, satu persatu kami memasuki ruangan. Sebelum masuk ruang tes ini kita harus melewati beberapa tahap, mulai dari pemeriksaan bawaan di mana kita tidak bisa membawa apapun kecuali KTP dan Kartu tes, selebihnya akan diamankan oleh panitia. Bahkan ada yang sampai harus menggunting gelang yang dipakainya, banyak juga saya lihat terpaksa memakai tali rapiah sebagai ikat pinggang karena dilarang memakai segala sesuatu yang berbau logam. Saya tidak mengerti juga sih kenapa, tapi begitulah aturannya.

Sebelum mulai, panitia menjelaskan sedikit tentang aturan dan tata cara pelaksanaan tes tersebut, kemudian kami disuruh berdoa dan tes pun dimulai. Saya mulai mejawab soal dari nomor 1 yaitu soal-soal TWK, saya lumayan santai dalam menjawab soal-soal yang berkaitan dengan penerapan pancasila dan UUD 1945 dalam kehidupan sehari-hari. Tapi saya mulai menguras otak berfikir keras ketika menghadapi soal yang berkaitan dengan Undang-undang ataupun soal sejarah yang ada tanggalnya. Saya lalu meninggalkan soal yang belum mampu saya jawab, tiba di soal TIU untuk bahasa Indonesia, saya sedikit tertolong karena saya lumayan suka dan sering membaca, soal-soal gambar juga cukup cepat saya kerjakan, tapi untuk soal perhitungan apalagi yang akar dan pangkat-pangkat saya benar-benar buta bagaimana menyelesaikannya, sayapun sudah di kejar waktu yang tinggal 40 menitan.

Saya beralih mengerjakan soal TKP dan menyisakan sekitar belasan soal TIU. Soal TKP membuat saya pusing karena panjang-panjang dan jawabannya menjebak. Saya sama sekali tidak mempersiapkan dan tidak belajar cara menjawab soal TKP ini. karena dari banyak contoh soal yang saya pelajari rata-rata mudah dijawab. Tapi soal yang saya hadapi saat ini benar-benar menjebak. Sayapun menjawab soal yang saya benar-benar yakin saja dan menyisakan yang lainya. 15 menit terakhir saya beralih melihat soal yang belum saya jawab dari awal. Hingga di lima menit terakhir membuat saya menjawab soal tersebut dengan asal, tembak jonga istilahnya. 

Berapa detik waktu tersisa. Saya tutup mata memasrahkan segalanya kepada Allah, dengan mengucap Bismillah saya menyelesaikan tes. Saya terdiam sejenak melihat hasil tes saya di layar monitor yang menampilkan hasil tes saya Twk 115, Tiu, 80, dan Tkp 139 dengan jumlah 334. Saya nyaris berteriak saat melihat jumlah nilai yang cukup tinggi. Tapi teman di samping saya yang juga melihat nilai saya memberitahukan bahwa nilai TKP saya kurang 4. Badan saya lemas, saya pun keluar ruang ujian dengan raut kecewa. Bukan hanya saya, karena di sesi saya waktu itu tak ada satupun yang mencapai Passing Grade (PG).


Di jalan pulang, sambil mengendarai beblue saya berteriak sekencang-kencangnya, merutuki diri saya yang menganggap remeh tes ini. Saya sangat menyesal karena tidak mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Tidak belajar dengan sungguh-sungguh. Tapi nasi sudah menjadi bubur dan saya harus ikhlas menerimanya.
Sayapun teringat dengan planning saya untuk tahun 2019 nanti, di mana saya sudah punya rencana untuk pergi belajar bahasa Ingris di Kampung Ingris Pare. Setelah belajar di sana saya akan berusaha mencari beasiswa untuk melanjutkan study S2. Iya, kegagalan di tes CPNS ini bukan akhir segalanya. Saya akhirnya ikhlas dan kembali menjalani hari-hari seperti biasa.

Lalu setelah proses SKD selesai muncullah polemik dimana banyak yang tidak lolos PG, bahkan banyak formasi yang tidak terisi. Kemudian pemerintah mengeluarkan kebijakan dengan adanya sistem perengkingan. Waktu itu saya sempat harap-harap cemas, sapatau saja nilaiku termasuk 3 peringkat teratas. Dalam hati saya panjatkan doa kalau rezeki saya ada di sini semoga saya termasuk.

Hari itu 30 November 2018, di mana saya mengalami hari yang tidak menyenangkan di kantor. Lalu saat di jalan pulang, hujan turun dengan lebatnya dan saya tidak memakai mantel. Tapi saya membiarkan tubuh saya kuyup. Saya yang sangat menyukai hujan merasa hari itu tidak terlalu buruk karena hujan yang turun. Suasana hati saya pun membaik. 

Sesampainya di rumah, setelah mandi saya mengecek HP ada notifikasi Instagram yang masuk, dari seorang teman "congrats wulan" katanya. Sayapun kaget. Saya menanyakan maksudnya dan dia mengirimkan screenshot Pengumuman hasil SKD "Ada namamu di daftar yang lolos SKB." Katanya, dan saya benar-benar kaget dan masih tidak percaya. Akhirnya saya membuka Facebook dan mencari pengumuman tersebut di grup BKPSDM dan benar saja saya berada di peringkat ke dua. Saya tidak berhenti mengucap syukur kepada Allah. Lalu di grup wa teman-teman kuliah saya sudah pada ribut mengucap selamat, ada juga yang menyemangati dan menyuruh saya untuk belajar agar saya bisa lolos, kata mereka setidaknya di antara kita ada yang lolos. Dari mereka juga saya tahu bahwa salah satu lawan saya nanti adalah junior di kampus mereka berpesan agar saya tidak boleh dikalahkan oleh junior hahaha saya cuma tertawa dan meminta di doakan. Aah saya terharu dengan dukungan teman-temanku itu.

Di tes SKB ini saya merasa telah diberikan kesempatan ke dua, dan saya tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini. Dari situlah keinginan saya untuk lolos mulai muncul. Meski sekali lagi saya tidak semenggebu-gebu itu. Tapi saya mencoba memaksimalkan usaha, dan belajar semampu saya. Meski di saat saya mencari contoh soal SKB untuk formasi saya, sama sekali saya tidak menemukannya. Itu sempat membuat semangat saya kendur lagi. Saya bingung harus mempelajari apa. 

Di titik ini saya lagi-lagi pasrah. Saya mencoba upaya lain dengan maksimalkan doa. Saya berusaha bangun shalat tahajud dan juga melaksanakan shalat hajad, saya juga beberapa kali berpuasa. Dan saya selalu meminta doa pada siapapun yang saya temui, pasti saya bilang "doakan nah, saya mau tes SKB, semoga saya lulus". Terlebih lagi kepada ke dua orang tua saya. Hampir tiap saat saya mengingatkan mereka untuk saya di doakan.  Karena saya tahu doa orang tua itu adalah yang utama, apalagi doa seorang ibu. Saya pribadi selalu berdoa, "Ya Allah jika memang rezeki saya ada di sini, baik untuk saya, untuk orang tua, untuk orang-orang disekeliling saya, dan apabila dengan ini saya bisa jadi bermanfaat, meski manfaat yang saya berikan cuma kecil dan kontribusi saya untuk bangsa dan negara ini tidak seberapa. Maka luluskanlah saya. Berikan saya kemudahan dalam menghadapi dan dalam menjawab soal di tes nanti. Kalaupun bukan di sini rezekiku semoga engkau telah menyiapkan yang jauh lebih baik dari ini, aamiin". Begitulah doa yang selalu saya panjatkan setiap hari.

Tanggal 11 bulan Desember 2018 adalah hari tes SKB. Pagi-pagi sekali saya berangkat ke lokasi. waktu itu peserta kota kendari mendapat waktu tes di sesi 2. sambil menunggu, saya duduk-duduk di teras gedung tempat tes. Di samping saya ada ibu-ibu berbadan gemuk. Awalnya kita sibuk masing-masing. Kemudian dia mulai menyapa saya. Basa basi menanyakan peserta tes dari mana. Kami pun mulai berbincang hangat saat sama-sama tahu peserta kota Kendari. Saya cerita kalu saya peringkat dua, sementara dia adalah peserta yang sudah lolos PG. Diapun menyarankan saya untuk membaca ayat kursi selama menunggu. Saya menurut dan mulai melafalkan ayat kursi di dalam hati sembari berdoa memohon petunjuk dan kemudahan dari Allah. 

Tidak lama, seseorang yang tidak asing tersenyum menyapa saya, " Kak kita tau ji saya?" Saya menjawab " Desi bukan? juniorku toh?" Yaah dialah yang disebut-sebut teman-temanku junior yang menjadi lawanku di tes kali ini dan ada seorang lagi yang sama sekali saya tidak kenal. Desi ini kabarnya anaknya juga cerdas dan tidak bisa dianggap remeh. Kami pun berbincang-bincang. Saya mengatakan kepada Desi bahwa meskipun kita ini saingan saat ujian nanti, tapi siapapun yang lolos, itu berarti sudah takdir dan rezekinya. Dia mengiyakan perkataanku dan dia sempat menemani saya ke kamar kecil, lantaran gugupnya saya sampai beberapa kali buang air kecil. Setelah beberapa lama nama kami di panggil satu persatu, tas dan barang bawaan kami pun, kembali di serahkan kepada panitia, karena aturannya masih sama cuma boleh membawa KTP dan Kartu tes. 

Matahari sudah mulai meninggi kira-kira waktu sudah pukul 10 dan kami masih belum memasuki ruang tes. Semakin lama dimulai, rasanya semakin gugup. Semakin ingin cepat masuk ruang tes, tapi juga takut tidak bisa menyelesaikan soal dengan baik. Lagi-lagi saya ingin buang air kecil. Kebetulan ada mobil wc saya kurang tau namanya apa yang jelas saya dan beberapa orang mengantri di sana.

Hari itu saya benar-benar merasa berjuang sendiri, karena tidak seperti waktu tes SKD saat menunggu tidak terasa begitu lama, karena saya bersama dengan teman-teman yang saya kenal. Tapi di sini saya sama sekali tidak akrab dengan siapa-siapa.

Akhirnya waktu yang ditunggu-tunggu tiba saat kami satu persatu mulai memasuki ruang tes, saya sangat gugup. Di sini saya melangkah masuk ke ruangan yang akan menentukan nasib saya ke depan. Saya mengambil tempat duduk agak di tengah dan ternyata saya bertemu dengan sepupu saya dan dia duduk disampingku. Tidak ada waktu untuk mengobrol, tes dimulai dan semua orang sibuk dengan soal di hadapan masing-masing.

Saat mulai mengerjakan soal, saya sudah agak santai. Sebab ternyata soal-soal yang saya hadapi semuanya adalah pelajaran saya semasa kuliah. Saya bisa sedikit bernafas lega. Meski banyak juga soal yang membuat saya kesulitan karena memakai bahasa Inggris. Saya juga tetap melangkahi soal-soal yang saya belum yakin dengan jawabannya. Ada juga soal yang berulang. 

Saya mengerjakan soal SKB ini benar-benar hanya mengandalkan ingatan saya tentang pelajaran waktu kuliah. Tentunya dengan doa yang tidak hentinya saya rapalkan dalam hati. 40 menit saya sudah sampai di soal terakhir meski ada beberapa soal yang blum saya jawab. Saya lalu kembali ke soal pertama, membaca kembali, menelaah kembali jawaban saya hingga benar-benar yakin.

15 menit terakhir sudah mulai banyak yang beranjak. Tapi saya tidak mau terpengaruh saya masih mengulangi membaca soal dan jabawan saya. 10 menit terakhir sepupu saya sudah menyerah dia sudah mengakhiri ujiannya. Saya sempat melirik layar komputernnya, sepertinya nilainya tidak terlalu memuaskan. Saya masih mencoba tenang. Sampai waktu saya tinggal tersisa beberapa detik, barulah saya menarik nafas dalam-dalam dengan mengucap bismillah saya menekan akhiri ujian dengan satu telapak tangan saya menutupi wajah, mata saya sipitkan. Saya tidak terlalu yakin dan belum cukup siap dengan hasilnya, walau ada sedikit rasa percaya diri. Pelan-pelan saya membuka mata, saya menatap lekat-lekat layar di depan saya yang menampilkan nilai 305. Saya beberapa kali memastikan kalau saya tidak salah lihat. Dengan tangan gemetar saya menulis nilai saya tersebut di belakang lembar kartu tes saya.

Saya keluar ruangan dengan perasaan yang masih tak menentu. Saya menuju ke tempat tunggu di mana ada layar besar terpasang yang menampilkan nilai seluruh peserta. Saya berusaha mencari celah meski sangat sesak. Lalu Desi menghampiri saya menanyakan berapa nilai hasil tesku, saya memintanya menyebut nilainya duluan dan dia menyebut nilainya 270, sayapun menjawab bahwa nilaiku 305. Dia memegang tanganku dan mengucapkan selamat, katanya saya yang berhasil lolos karena saingan kita yang satunya mendapat nilai lebih rendah dari pada dia. Saya masih tak percaya, tetapi juga bersyukur atas hasil tes tersebut. Dalam hati saya juga mengucap terimakasih untuk kakak yang menyarankan saya membaca ayat kursi, karena saya yakin semua yang terjadi ini pasti ada kaitannya.

Saya pulang dengan perasaan bahagia dan juga haru. Waktu itu saya langsung menemui sahabat saya, Iindut. Kebetulan dia sedang berada di depan rumahnya saat saya datang memarkirkan motor dan langsung memeluknya saya mengatakan bahwa nilai saya lebih tinggi dari pesaing saya dan sepertinya saya lolos. Dia begitu bahagia mendengarnya, sambil memeluk saya erat dia mengucap selamat.

Tapi hari itu saya tidak mau jumawa. Belum ada pengumuman yang pasti, apapun masih mungkin terjadi pikirku. Keesokan harinya, ada pemberitahuan bahwa kita bisa melihat hasil nilai tes SKB di papan pengumuman di lokasi tes kemarin. Saat itu saya berada di kantor, dan saat jam istirahat tiba saya meminta izin keluar untuk melihat hasil tes. Di tengah jalan hujan deras turun mengguyur saya bernaun sejenak untuk memakai jas hujan dan kembali malajukan beblue ke lokasi tes. Dan saya baru benar-benar yakin saat melihat dengan mata kepala sendiri, bahwa nilai saya berada di peringkat dua untuk keseluruhan formasi analis publikasi. Meski setelahnya masih harus menunggu pengumuman resmi dari BKD terkait hasil akumulasi nilai SKD dan SKB, tapi dari hasil hitung-hitungan sendiri bisa dipastikan saya lolos. Tapi saya masih terus berdoa.

Tapi kebimbangan saya belum usai. Justru pertanyaan-pertanyaan silih berganti kembali menyeruak di benakku. Apakah ini benar-benar jalan yang saya inginkan? Apakah saya bisa melakukannya? Bagaimana jika, nanti saya menemukan hal yang tidaks esuai dengan ekspektasi saya? Mungkinkah pekerjaan saya nanti benar-benar sesuai dengan passion saya? Dan masih banyak pertanyaan lainnya yang membuat saya tidak bisa tidur nyenyak di malam hari.

Kemudian saya kembali berpikir, bahwa kenapa saya terlalu memikirkan hal-hal yang belum pasti itu? Sementara di luar sana ribuan orang ingin berada di posisiku saat ini. Kenapa saya masih tidak bersyukur dan mengeluh. Semangat sayapun kembali dan segala pertanyaan itu berbalik menjadi motivasi saya untuk memantapkan diri menjadi CPNS.

Nah teman-teman, saya bercerita di sini bukan untuk riya dan membanggakan diri saya. Tapi murni untuk berbagi cerita dengan harapan semoga menginspirasi dan menjadi motivasi teman-teman di luar sana yang sedang berjuang mengikuti seleksi CPNS tahun ini.

Semoga ada pelajaran yang bisa dipetik. Saran saya yang pertama, selagi bisa dan mampu berusahalah, belajar dan persiapkan diri sebaik mungkin. Jangan mencontoh saya yang ogah-ogahan dan tak memiliki motivasi belajar yang tinggi. Apapun alasan yang membawamu mengikuti tes CPNS ini, lakukanlah sebaik mungkin. 

Yang kedua, Berbuat baik dan berdoalah serta mintalah doa restu kepada siapa saja yang kau temui khususnya kepada orang tua terlebih seorang ibu. Karena saya benar-benar merasakan, tak akan ada keajaiban yang datang kecuali dengan doa seorang ibu. Kita juga tidak tahu doa siapakah yang akan terkabul.

Yang ketiga, jangan terlalu menggebu-gebu. Sehingga over Pd dan berlebihan dalam membicarakan perihal mengikuti tes CPNS ini. Karena segala hal yang berlebihan itu tidak baik.

Yang keempat, jaga kesehatan. Karena soal-soal tes CPNS baik SKD maupun SKB saaangat menguras otak dan untuk mampu berfikir dengan baik dibutuhkan tubuh yang sehat. Apalagi di hari tes usahakan tidur yang cukup dan makan teratur dengan makanan yang sehat.

Yang terakhir, pasrahkan segalanya kepada Allah yang maha kuasa atas segalanya. Karena bagaimanapun segala sesuatu yang kita jalani adalah atas kehendaknya dan bagaimanapun kita menginginkan sesuatu bila hal tersebut bukanlah milik kita maka kita tidak akan mungkin mendapatkannya. Tapi apabila sesuatu itu memang buat kita, bagaimanapun kita menolak dan tak menginginkannya kita pasti akan tetap mendapatkannya. Jadi jangan ragu dan takut. Tes CPNS ini bukalah segala-galanya.

Sepertinya ceritaku sudah sangat panjang dan jadi melebar kemana-mana. Mungkin itu saja yang bisa saya ceritakan di sini. Semoga bermanfaat  dan saya doakan untuk teman-teman yang sedang dan akan mengikuti tes CPNS semoga sukses, diberi kemudahan dan bisa mengahadapi tes CPNS dengan baik. Aamiin....


~WS

Monday, 25 November 2019

Goyah


Aku mematikan laptop,
setelah berulang kali mencoba mengetik.
Bercerita tentangmu, tapi
kata-kataku lenyap tak bersisa.
jari-jariku kaku tak berdaya diatas tuts keyboard
kalimat yang telah kususun sejak tadi buyar. Berantakan
semua karena tentangmu
yang tak mampu lagi kueja
segala tanya yang kuurai tak jua menemui jawaban.
dan aku sampai pada kesimpulan.
Mari berhenti. Usaikan saja semua.
Sebab aku tak lagi memiliki alasan,
karena kaupun telah acuh tak peduli
Bagaimana aku bisa menulis cerita tentangmu?
Sedang kau telah lebih dulu beranjak...

Saturday, 14 September 2019

Belajar dari Habibie


Hari ini adalah hari terakhir dari Hari Berkabung Nasional yang telah ditetapkan pemerintah atas meninggalnya presiden ketiga Republik Indonesia Bacharuddin Jusuf Habibie, 11 September 2019 kemarin. Indonesia berduka. Ibu pertiwi kehilangan putra terbaiknya yang berpulang kembali kepada sang pemilik kehidupan.

Setiap kali menonton atau melihat siaran televisi ataupun di media sosial tentang eyang Habibie air mataku masih saja jatuh. Ada haru yang menelisik begitu dalam di relung sukmaku melihat sosoknya. Habibie adalah seorang pecinta yang begitu setia. Sosok yang penuh cinta nan romantis. Cintanya bukan hanya untuk sang kekasih hati belahan jiwanya, tapi cintanya juga murni untuk negerinya. Tak pernah luntur meski di usianya yang telah uzur. Ia adalah negarawan sejati yang mengabdi tanpa memandang materi.

Dari eyang Habibie kita bisa belajar banyak hal, tentang cinta, tentang kehidupan, dan bagaimana ilmu pengetahuan dan ilmu agama harus sejalan dan beriringan agar bisa menjadikan kita sebenar-benarnya manusia. Di tengah harapan dan mimpinya untuk kemajuan Indonesia, sisa hidupnya beliau habiskan untuk merindukan sang istri tercintanya, Hasri Ainun Besari yang telah lebih dulu berpulang Sembilan tahun lalu. Matanya yang selalu berbinar saat menceritakan tentang kisah cintanya dengan Ainun, walau kadang terlihat sendu tapi juga beliau bisa tertawa lepas saat membayangkan bagaimana ketika beliau memasuki dimensi yang sama dengan Ainun, maka Ainunlah yang paling pertama akan menyambutnya.

Begitu pula ketika beliau berbicara tentang pesawat yang adalah mimpinya, wajahnya memancarkan harapan. Di usia senjanya, beliau tidak pernah berdiam diri, bahkan terlihat abai dengan segala penyakit yang mendera. Ia begitu aktif dan banyak memberi inspirasi. Cita-citanya untuk kehidupan di bumi Indonesia semakin baik melambung jauh. Harapannya kepada anak-anak muda Indonesia begitu tinggi. Ia selalu percaya bahwa kita bangsa Indonesia harus bisa membangun Negara kita sendiri, kalau bukan kita siapa lagi. Indonesia harus menjadi Negara yang berdikari dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, tanpa melupakan budaya kita.

Di saat dunia berkonspirasi menawarkan segala, panggilan negerinya adalah yang paling berharga. Kala dunia lagi-lagi mengandaskan mimpinya, memaksanya menghentikan proyek pesawat N-250 yang tinggal beberapa langkah saja untuk megudara di bumi Indonesia, ia lagi-lagi mengalah demi kemaslahatan bangsa. Mengesampingkan ego dan cita-citanya agar Indonesia bisa baik-baik saja. Meski menjabat sebagai Presiden Cuma hitungan bulan, tapi jasanya untuk Indonesia lebih dari itu. Karenanya nama Indonesia menjadi diperhitungkan. Karena kelapangan hatinya yang membuka keran demokrasi di Indonesia hingga menjadi seperti saat ini. Jasa-jasanya untuk negeri ini tak cukup hanya dihitug jari. Habibie adalah anak bangsa yang sempat terlupa namun memberi banyak sumbangsih tanpa pamrih.

Kini sang teknokrat telah pergi. Tugasnya di dunia ini telah usai. Tapi perjuangan bukan berarti telah selesai. Visinya untuk Indonesia masih harus terus berjalan, mimpinya agar Indonesia memiliki pesawat buatan anak bangsa harus terus berlanjut. Dan cinta yang dimilikinya harusnya ada disetiap relung hati anak bangsa. Kitalah generasi penerus yang mestinya memajukan Negara kita di bidang yang kita tekuni masing-masing.

Beristirahatlah dengan damai eyang… selamat berjumpa kembali dengan kekasih hati yang bagimu adalah cinta illahi. Indonesia memang berduka kehilangan putra terbaiknya, tapi kami tahu engkau berbahagia di sana telah berjumpa dengannya yang selama ini selalu engkau rindukan. Tentangmu akan selalu terkenang, kisah yang menjadi sejarah besar bagi bangsa Indonesia.


~WS


Tuesday, 30 July 2019

Senyummu

Waktu melambat
Langkah terhenti
Kita membisu

Lagi, aku kehilangan kata
Padahal aku ingin lebih lama bercakap denganmu, 
mengurai ceritamu, melihat gelak tawamu, menatap matamu, 
dan senyummu yang sudah menjadi candu.

Namun kau yang selalu enggan.
Ingin cepat bergegas pergi
dan mengacuhkan segala.

dari perkataanmu 

Aku  sudah mengerti...
memang tak selayaknya ada
rasa di antara
Sebab tingkah dan kata
apalagi hati kadang tak sejalan.

Aku tahu betul 
memandangmu seperti ini saja sudah tak benar 
apalagi menyimpan harap.

Kau sudah jelas membuat jarak 
dan kita pun tahu,
yang nyata hanyalah ketidakmungkinan.

Tapi sekali lagi,
apa dayaku yang tak bisa berhenti mengagumi senyummu?

Walau pada akhirnya
aku akan memilih untuk berhenti,
biarkan aku kali ini saja
melihat senyummu

Biar kusimpan dalam ingatan
sebagai senyum termanis
yang tak seharusnya
pernah menjadi bagian dari ceritaku.



24-30 Juli 2019
~WS

Tentang Senja & Pagi

Menyatakan cinta nggak sereceh itu,
perlu prinsip, idealisme,  dan tanggung jawab.
-AlffyRev-

Hari ini saya memutuskan untuk meliburkan diri. Tidak ke kantor setelah meminta izin ke atasan tentunya, karena lututku yang terluka setelah jatuh dari motor sabtu kemarin sepulang jalan-jalan dari Moramo. Karena saya menganggap enteng luka tersebut, akhirnya infeksi dan menjadi cukup parah sakitnya nyut-nyut kalau jalan. Habis gimana, Cuma luka tergores begitu paling juga besok sembuh pikirku, sudah biasa terluka sih uppss.

Sekali-sekali tidak papakan yah mengistirahatkan badan dan pikiran. Hari ini saya benar-benar beristirahat. Sejak pagi, setelah mengkompres lukaku dengan Cairan NACL kerjaku Cuma tiduran dan main HP, makan, lalu tidur lagi.

Setelah lelah bolak-balik buka Whatsaap, Facebook, lalu Instagram, yang sudah sangat membosankan, sayapun memutuskan untuk membuka Youtube, lihat-lihat video yang lagi trending dan apa saja yang menarik. Lalu video musik Senja & Pagi muncul di berandaku. Mengingatkanku pada judul buku yang pernah saya lihat di Instagram. Saya menontonnya dan sukses dibuat baper dengan lagu dan cerita MV-nya.

Sebenarnya sudah dari beberapa bulan lalu saya melihat buku Senja & Pagi berseliweran di akun-akun penjual buku yang saya ikuti di Instagram. Sebagai penyuka senja saya cukup tertarik melihat cover dan judulnya . Tapi entah kenapa belum timbul keinginan saya untuk mencari tahu lebih mengenai buku tersebut.

Saya lalu men-stalking Instagram Alffy Rev dan istrinya dan semakin baperlah saya dengan cerita mereka. Ternyata buku Senja & Pagi yang selama ini tak pernah saya lirik adalah tentang kisah mereka. Alffy rev dan  Linka Angelia adalah dua sosok anak muda yang inspiratif. Kisah mereka bukan tentang percintaan menye-menye tetapi tentang penyatuan dua insan yang memiliki banyak perbedaan tapi disatukan dengan mimpi-mimpi dan prinsip yang sama. Meskipun saya baru mengenal mereka dan saya belum menyelami kisah mereka secara utuh tapi saya merasa cinta itu memang seharusnya seperti itu.

Tidak mudah memang untuk menemukan sosok yang benar-benar cocok dan menyatu dengan diri kita. Seseorang yang sejiwa, memiliki mimpi,  cita-cita, prinsip dan misi hidup yang sama dengan kita. Yah rasanya hampir mustahil, sosok seperti itu cuma fiksi. Sayapun berpikiran begitu tapi bukan tidak mungkin ada kan? Kita hanya belum bertemu dengan dia.

Karena itu saya memiliki sosok fiksi yang saya juluki “Matahari”. Seseorang yang ketika bersamanya diri yang biasa bisa menjadi luar biasa. Seseorang yang dengannya membuat diri nyaman, mau bercerita apa saja, mau berbagi mimpi, mau mengerti dan menggapai mimpi bersama. Kalau kata Alffi Rev dan Linka Angelia mereka adalah Partner in crime, pun seperti kata penulis Ahmad Fuadi yang mengibaratkan dia dan istrinya adalah  The dynamic duo.

Cinta memang harusnya begitukan penuh filosofis. Cinta memang sederhana, tapi bukan semata perkara perasaan. Lebih dari itu. Cinta harusnya membuat kita menjadi versi terbaik diri kita. Bukan mengubah diri menjadi apa yang dia inginkan tapi bagaimana kita sama-sama belajar menjadi apa adanya dan menjadi lebih baik.

Kita tak perlu khawatir dan tergesa, sebab orang yang tepat akan datang di waktu yang tepat. Bertemu dan menyukai seseorang itu wajar. Tapi bila dia tak memiliki rasa yang sama apalagi pandangan hidup yang sudah berbeda sejak awal, sudah pasti bukan dia yang kita cari. Jangan resah dan kecewa, karena dia yang memang ditakdirkan Tuhan untukmu akan datang di waktu dan dengan caranya sendiri.


~WS

Sunday, 21 July 2019

Manusia Biasa


Aku hanyalah manusia biasa
Bisa merasakan sakit dan bahagia
Izinkan ku bicara
Agar kau juga dapat mengerti

Lagu terbaru milik Judika mengalun lembut. Lagu yang sangat romantis dan lagi ngehits saat ini. Aku juga menyukainya dan sering kuputar di play list. Dan penggalan lagu di atas seolah mewakili perasaanku sekarang. Bukan, bukan karena aku sedang jatuh cinta, bukan juga karena aku sedang patah hati, hanya aku sedang kecewa pada waktu yang kadang bercandanya sungguh terlalu.

Aku juga adalah manusia biasa yang bisa merasa sakit, terluka dan juga bahagia. Aku ingin bicara tapi tak tahu pada siapa perihal masalah yang bertubi belakangan ini. Hanya isi di kepalaku yang tak berhenti mendebat dan kadang bikin frustasi.

Di saat aku coba mencari ketenangan eehh setelahnya masalah baru muncul lagi. Baru saja aku merasa sedikit bahagia karena melihat senja yang cantik, setelah pulang kenyataan mempertemukanku dengan amarah yang tak mau percaya pada kata.

Sebenarnya, aku juga bingung apa yang membuat aku berpikir terlalu keras seperti ini? Malah aku hanya menyiksa diri sendiri. Beratku semakin menyusut, pipiku semakin tirus, dan hatiku tak pernah tenang.  Aku tahu setiap orang memiliki masalahnya sendiri, hanya berbeda kadar dan beratnya. Aku tak perlu seolah menjadi manusia yang paling kasihan di muka bumi ini. Aku malah jauh lebih beruntung. Masih bisa bernapas dengan baik, pendengaran yang sempat terganggu dua minggu lalu juga sudah pulih, cuma sedikit nyeri di gusi yang sedang membengkak karena gigi bungsu yang baru mau tumbuh. Selebihnya aku tak kurang suatu apa. Kenapa aku tidak bersyukur dan hanya sibuk merutuki nasib yang sebenarnya baik-baik saja?

Akupun maunya begitu. Aku juga ingin bersikap masa bodo, cuek dan tak peduli pada apapun tapi aku bukan tipe orang yang seperti itu. Aaah dan aku malah bercerita tentang semuanya di sini. Padahal sebenarnya aku ingin menulis sesuatu yang menyenangkan saja. Tapi, kalau hanya hal-hal menyenangkan saja yang aku tulis, apa gunanya menulis? Sedang di saat begini, untuk bicara aku tak mampu dan menulislah caraku untuk setidaknya melepas sedikit beban.

Berbicara menulis, kadang aku merasa mungkin orang menganggapku alay karena terlalu sok puitis dan melankolis. Apalagi kalau meng-upload foto di media sosial yang kuberi caption sajak-sajak kecil. Tapi itu tak masalah, karena dengan begitu aku menjadi beda dengan orang kebanyakan. Beda itu bukan aib justru menjadi beda adalah sesuatu yang baik. Apalagi menulis yang tak semua orang bisa merangkai kata dengan baik. Bahkan akupun tidak semahir itu. Aku hanya mencoba untuk tetap ada tulisan yang aku buat. Meski hanya coretan-coretan kecil tentang apa yang kurasa dan tidak sebagus tulisan mereka yang memang adalah seorang penulis.

Kalau kata pak Aswan dosenku di kampus, “Menulis adalah merayakan hidup.” Lain lagi kata Rintik Sedu, baginya menulis itu menyembuhkan. Yah dengan menulis kita merayakan hari ini, entah itu baik atau buruk dengan menulis kita jadi menghargai hidup kita. Menulis itu memang menyembuhkan, karena sesak yang menghimpit di dada dan memenuhi rongga kepala itu butuh pelampiasan, butuh ruang untuk di keluarkan. Jika pada manusia tak memungkinkan, maka menulislah solusinya. Karena hanya dengan menulis kita bisa bercerita dengan bebas, tanpa takut tak didengarkan, tanpa takut dicemooh, tanpa perlu merasa kecewa bila diacuhkan.

Sebenarnya ada banyak hal yang ingin kuceritakan, tapi mungkin lain waktu saja. Dan untuk tulisan berikutnya, aku janji aku akan menulis tentang sesuatu yang menyenangkan.



~WS

Monday, 8 July 2019

Gara-gara Banana

Hujan kecil-kecil di luar. Aku terkantuk di depan komputer. Suara gerimis kecil samar kudengar. Pendengaranku terganggu. Hadiah dari pantai kemarin. Insiden kecil yang meninggalkan trauma.

Tak ada waktu buat mengeluh, bukan juga saatnya mencari kambing hitam. Karena apa yang terjadi memang sudah seperti seharusnya. Mungkin pantai hanya ingin memberi kenangan yang tak terlupa dan memberitahuku sesuatu. Aku tahu, ada yang tak semestinya berkembang, ada yang perlu dipadamkan, dan kemudiam dilupakan.

Kemarin cuaca sunggu cerah.
warna senja memikat membuat segala yang diterpa berwarna oranye, menemani perjalanan pulang. Tapi pantai bagiku benar-benar kelabu dan perjalanan sore itu sudah tidak menyenangkan lagi. Aku ingin segera sampai di rumah, istirahat lalu bangun di pagi hari seperti biasa. Berharap yang terjadi hanya sebatas mimpi. 

kini gelap sudah kembali bercumbu dengan dingin. Aku menggigil dan telingaku masih berdenging.
Doakan besok aku lekas sembuh....


~WS

Sunday, 30 June 2019

Malam Beranjak Larut

Malam beranjak larut.
Dingin mulai menusuk.
Aku meringkuk di balik selimut
dan kenangan kian berkecamuk.

Kala rasa sudah menguasaimu, merenggut logikamu, maka hatimu bukan lagi milikmu...

Kau tak lagi utuh.
Separuh dirimu telah tenggelam di kedalaman matanya.


~WS

Friday, 21 June 2019

Mungkin

Kumulai pagi ini dengan  semangat, senyumku terkembang kala beranjak dari rumah dan menemui pagi yang berkabut embun. Dingin. Tapi aku suka suasananya. Sepanjang jalan aku berkendara dengan santai. Nyaris sepanjang jalan aku menyetir hanya dengan satu tangan. Karena tangan yang lain sibuk memeluk diri sendiri.

Sementara menikmati embun yang begitu lembut terasa menerpa wajahku, fikiranku dipenuhi berbagai macam hal yang belakangan ini mengusik dan membuatku lelah. Bahkan terkadang menyesakkan dada.

Aku dipusingkan tentang banyak hal, tentang pertanyaan-pertanyaan yang masih tak menemui jawaban, tentang asa, dan juga bimbang yang tak usai.

Hari yang semestinya ceria ini, sama sekali tak kurasakan sepanjang hari. Dimulai ketika senam pagi di mana aku kesulitan mengikuti gerakannya dan akhirnya hanya berdiri kebingungan di lapangan. Keringatku bahkan tak ada yang mengucur biar setetespun. Lalu makan siang yang tidak bisa kuhabiskan, dan entah bagaimana aku sudah kembali ke rumah dengan tumpukan cucian piring yang menanti di dapur.

Bukan gerakan senamnya yang sulit, bukan makanannya yang tak enak, dan bukan cucian piring menumpuk yang kukeluhkan. Memang aku saja yang tak bergairah padahal sudah kusiapkan hati untuk berbahagia.

Lalu apa?

Mungkin aku rindu.

Rindu...
pada saat-saat itu.
Bukannya saat itu adalah saat -saat yang paling membahagiakan?

Saat tak ada harap yang kau ingin, saat tak ada rasa yang kau kecap, saat tak ada siapa yang ingin kau kenal, saat tak ada tentang yang kau tanya, saat tak ada kenangan yang ingin kau miliki, ketika tak ada sesal yang selalu kau ingkari, saat tak ada dan tanpa siapa-siapa. Tapi kau bisa tertawa lepas dengan hati yang lapang.

Terkadang ruang yang kosong memang sebaiknya tak terisi. Sebab hadir yang tiba-tiba, bukan untuk memenuhi. hanya membuat sesak dan jejak yang paling menyakitkan adalah menambah luka.

Harusnya memang tak pernah ada celah untuk membiarkannya tumbuh hingga berkecambah sebab rindu sudah biasa dengan jarak. Tapi aku harus sebelum ia bertunas dan menjadi duri yang munusuk diri sendiri.


~WS

Sunday, 26 May 2019

Kalut


Berapa lamakah waktu yang ideal yang dibutuhkan seseorang untuk melupakan? Bukan hanya melupakan manusianya tapi juga seluruh kenangan dan segala rasa yang masih tertinggal setelah cerita yang usai. Bahkan setelah tak ada lagi harap, tangis yang sudah mengering, tapi duka belum juga selesai. Bukan karena ingin kembali, justru karena tidak ingin mengulang cerita yang sama walau dengan orang yang baru.

Semakin mengenal seseorang semakin bertambah pula keraguan yang muncul.  Ingin merajut harapan yang baru tapi terlalu takut akan kecewa yang berulang. Kepalaku pening disesaki pertanyaan demi pertanyaan yang tak kunjung mendapat jawaban. Segala rasa yang bercampur begitu menyesakkan.

Tak apakah membuka hati dan mengizinkan seseorang mengisi ruang kosong yang begitu hampa di sana? Apakah setelah jatuh aku tidak akan tenggelam? Bisakah aku kembali berdiri jika pada akhirnya aku hanya menambah luka? Kalau seandainya aku menyimpan harap, akankah tak kutemui kecewa jika itu dia? Layakkah aku memiliki rasa itu? Bagaimana jika semua hanya semu?

Ya aku begitu takut akan perasaanku sendiri. Aku ragu dengan segala kemungkinan. Sebab aku pernah begitu mencinta, sebab percayaku sungguh terlalu, dan hatiku kuserahkan seluruh. Karena akhir yang berujung kecewa membuatku tak lagi ingin percaya pada segala yang berwujud semu. Jika harus mengulang kisah yang sama, aku lebih memilih untuk tak pernah memulai. Termasuk manaruh harap apalagi coba-coba menyimpan rasa.

Jadi tolong jangan menyiksaku dengan hadirmu. Jangan membuatku nyaman denganmu, jangan buat aku tergantung padamu. Jangan datang kalau hanya untuk pergi. Karena aku sudah susah payah untuk sampai di titik ini.

~WS

26 Mei 2019

Saturday, 30 March 2019

ALL ABOUT ORIENTASI CPNSD PEMERINTAH KOTA KENDARI 2018


Sebuah catatan untuk kenangan singkat yang sangat berkesan

            Kita boleh membenci sesuatu, tapi jangan terkejut bila nanti Tuhan menjadikannya sebagai salah satu hal yang mengubah hidupmu…” – Budi Waluyo
           
Cukup lama, saya membiarkan segala ide dan keinginan untuk menulis, mengendap, ditelan ketermalasan. Aaah saya masih saja tak berubah yah… tapi, kali ini saya ingin bercerita panjang. Tentang awal dari sebuah perjalanan yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Tentang menjadi apa yang tidak pernah saya inginkan. Namun, ketika berada di titik ini luar biasa sekali rasanya.
           
Dulu, difikaran saya menjadi Pegawai Negeri sipil (PNS) itu apa bagusnya sih? Berseragam, penuh aturan, dll. PNS sama sekali tidak pernah masuk dalam list cita-cita saya. Meski sebenarnya saya tidak pernah yakin betul ingin menjadi apa saya kelak. Bahkan saya pernah berada di titik jenuh, titik di mana saya merasa gagal, resah, dan tak bisa menjadi apa-apa. Di saat teman-teman saya sudah melangkah jauh dengan impian mereka saya hanya bisa menjadi penonton. Ditambah lagi dengan kegagalan yang berulang membuat semangat saya tumbang. Saya lelah mencoba tapi saya menolak menyerah. Saya menyadari betul banyak sekali kekurangan dalam diri saya, tapi sangat tidak tahu diri untuk bercita-cita terlalu tinggi. Tapi tak ada yang tak mungkin jika sudah Allah SWT. yang berkehendak.
            
Awalnya mengikuti seleksi CPNS 2018 ini, saya tidak terlalu berharap bisa lulus seleksi apalagi melihat banyaknya pendaftar rasanya kesempatan itu cuma 0,0001 %. Tapi, di dalam lubuk hati saya, selalu berbisik “waah kalau lulus kayaknya keren juga yah” dan kadang-kadang terbersit dalam lamunan saya, yang melihat diri saya menjadi seorang PNS tapi selalu saya tepis bayangan itu agar tak terlalu kecewa jika tak sesuai realita.
            
Saya menyelesaikan pendaftaran online dan mengirimkan berkas pada hari terakhir, saking tidak antusiasnya dengan seleksi CPNS ini. Bahkan mendekati waktu tespun saya masih ogah-ogahan mempelajari soal-soal TKD (Tes Kompetensi Dasar) yang banyak bertebaran. Lalu harapan yang tak seberapa itu pun kian terkikis ketika nilai saya tidak mencapai passinggrade. Nyatanya kesempatan itu kembali datang saat saya dinyatakan berhak mengikuti Tes Kompetensi Bidang (TKB) karena menduduki peringkat ke dua di tes sebelumnya. Asa itu mulai muncul, apalagi melihat orang tua yang begitu gembira dengan kabar tersebut. Berkat doa dan dukungan mereka pula saya melalui tes TKB dengan sangat baik dan bisa menjadi salah satu dari 167 orang yang dinyatakan lulus menjadi CPNSD Kota Kendari.
            
Kemarin, orientasi baru saja usai. Setelah melalui proses yang saaangat panjang. Dimulai sejak dinyatakan lulus, lalu pemberkasan, dan penantian pertek NIP yang membuat detak jantung berdetak tidak normal setiap harinya.

Semua proses ini tidak dilalui dengan sendiri. Dari proses inilah saya berkenalan dan bertemu dengan teman-teman dan orang-orang baru. Karena bersama membuat semua yang kita lalui menjadi mudah. Ditambah dengan adanya grup WA (Whatsapp) membuat keakraban di antara kami semakin erat terjalin meski baru saling mengenal kemarin. Walau ada banyak drama juga yang tercipta dan apa saja bisa menjadi perdebatan. Seperti luas mana kelurahan atau kecamatan misalnya, menjadi perdebatan yang tak ada ujungnya saat pengisian DRH (Daftar Riwayat Hidup) tempo hari. Atau simpang siurnya info mengenai 9 jeti (baca juta) menjadi drama yang tak kalah serunya dari sinetron yang menjadi viral beberapa hari sebelum orientasi dimulai. Grup-grup WA juga menjadi salah satu mood boster saya karena percakapannya yang sangat menghibur meski kadang membuat HP eror karena ratusan chat yang masuk.

Berasal dari latar belakang, disiplin ilmu, asal daerah, usia, dan karakter yang berbeda membuat diskusi selalu seru. Di sini saya belajar untuk menerima perbedaan dan tidak memaksakan pendapat. Sebab kita semua punya tujuan yang sama yaitu mengabdi pada bangsa dan Negara terkhusus untuk daerah kota Kendari. Keterbukaan teman-teman dan kakak-kakak membuat saya tidak canggung berinteraksi dengan mereka. Bahkan menbuat saya sangat jauh keluar dari diri saya biasanya yang pemalu, tertutup dan tidak mudah bergaul dengan orang baru.

Selain itu pembentukan kelompok juga sangat berperan penting dalam melewati proses ini. Kelompokku ada dua yang pertama kelompok 7, kelompok yang dibentuk saat awal pemberkasan dan yang kedua kelompok 5 kelompok yang dibentuk saat mengikuti orientasi. Untuk kelompok 7, sejak awal terbentuk kita sudah kompak, selalu menyempatkan foto dan makan bersama beberapa kali. Bahkan setelah dipencar ke dalam kelompok-kelompok baru pun tidak membuat kami melupa. Mungkin ini berkat ketua kelompok juga yang yang terbaik mengakomodir anggotanya. Di kelompok lima, kami terdiri dari berbagai formasi. Ada ibu-ibu dari pelamar X tenaga honorer K2 yang suka heboh dan doyan foto, ada dokter, guru, dll. Yang pasti kelompok kitalah yang paling kalem.
            
Orientasi dimulai pada hari senin, 25 Maret 2019.  Kami berseragam hitam putih, lengkap dengan papan nama dan pin korpri. Dalam orientasi ini kami mengikuti banyak kegiatan ada pemberian materi di ruangan yakni pengenalan tentang aturan-aturan yang berlaku bagi PNS, bagaimana kita harus bersikap, seperti apa pengawasan yang melekat, ataupun tentang pengembangan diri dimana menjadi PNS bukan berarti membatasi gerak kita untuk berkembang.
            
Ada juga kegiatan di luar ruangan yakni latihan PBB (Peraturan Baris Berbaris) yang mengingatkan saya pada saat SMP dulu pernah mengikuti gerak jalan, tapi masih juga salah-salah saat pelatihan kemarin. Pada hari kamis atau hari keempat pelaksaan orientasi ada giat penanaman pohon di jalan Madusila, yang tak sesuai realita karena kelompok kami tidak mendapatkan pohon, akhirnya cuma memasang pagar pelindung. Usai penanaman pohon, kami makan-makan bersama di pinggir lapangan dan juga outbond di taman kota, yang mana kelompok kami kalah semangat dan kompak dengan kelompok lain karena terlalu kalem.
            
Yang paling mendebarkan adalah ketika saya ditunjuk dan ditugaskan untuk menjadi perwakilan kelompok sebagai penerima SK 80% dan akan berhadapan langsung dengan pak Walikota. Apalagi saat latihan dan gladi saya masih saja salah dan gagal fokus. Di sisi lain ingin memberikan penampilan terbaik, karena ini adalah pengalaman yang mungkin hanya akan ada sekali seumur hidup.
            
Hari pentupan orientasi tiba, saya terbangun pukul tiga pagi dan tak bisa terlelap lagi. Berbagai prasangka meresahkan fikiranku. Cemas, takut salah, tegang, gugup, campur aduk menjadi satu. Saat hari masih berkabut, matahari belum muncul sempurna saya sudah menunggangi beblue (motor butut kesayangan) membelah jalanan kota lulo yang sudah mulai ramai dengan anak sekolah yang berbondong-bondong menuju sekolah. Jadi ingat, dulu waktu sekolah saya selalu berangkat pagi sekali dan kadang jadi orang pertama yang tiba di sekolah meski rumah saya paling jauh. Tak terasa saya sampai di pelataran parkir kantor Walikota Kendari. Sudah ada beberapa teman yang tiba. Semakin tinggi matahari bersinar sayapun semakin deg-degan.

Usai mengikuti apel pagi kami foto-foto bersama teman sekelompok lalu memasuki aula dan bersiap untuk acara penutupan orientasi. Semakin gugup dan rasanya ingin cepat-cepat selesai saja acara ini. Apalagi ketika kami sudah berada di depan dan saat gladi terakhir saya masih melakukan kesalahan.

Acara penutupan orientasi pun dimulai, setelah sambutan panitia dan Walikota, tibalah saatnya penanggalan tanda peserta orientasi dan penerimaan SK. Saya berusaha fokus meski kelihatan sekali tegangnya di wajah saya. Bukan hanya saya, tapi kami berlima yang menjadi perwakilan kelompok merasakan ketegangan yang sama. Sulit sekali harus melukiskan perasaanku saat berhadapan langsung dengan pak Walikota dan menerima SK dari beliau. Tegang campur haru, bahagia, bangga, pengen nangis tapi juga pengen teriak kencang dan lompat-lompat kegirangan. Tapi, keadaannya tidak memungkinkan dan masih harus tetap fokus. Setelah foto bersama kami pun kembali ke tempat duduk, barulah saya bisa bernafas lega.  
Sungguh menjadi PNS saja, sama sekali tak pernah terbayangkan olehku. Berada di antara 167 orang ini saja sudah sangat membanggakan dan membahagiakan bagi saya, apalagi menjadi perwakilan kelompok yang sebenarnya teman-teman lain jauh lebih baik dari pada saya yang tak ada apa-apanya ini.

Masa orientasi yang sangat berkesan dan menyenangkan. Teman-teman baik yang tidak sombong dan sangat ramah, panitia yang bekerja dengan sangat baik melayani kami dari awal dan sangat fleksibel sama sekali tidak menyusahkan kami. Semuanya memberikan kenangan yang tak  akan terlupakan.

Terimakasih untuk kesempatan luar biasa ini. Terimakasih Allah nikmat-Mu sungguh tiada terkira. Terimakasih mama, bapak, kakak, saudara, sahabat, teman, dan semuanya yang selalu mendukung dan memberikan saya kekuatan untuk tidak pantang menyerah. Terimakasih Panitia dan teman-teman CPNSD Kota Kendari 2018, semoga persaudaraan kita tetap terjalin dan buat semuanya sukses selalu di tempat pengabdian masing-masing.

Dan pada akhirnya, sebuah pertemuan akan menyisahkan perpisahan. Tapi, kita bisa memilih melupakan atau menyambung silaturahmi. Kalau aku pasti memilih yang kedua. Masa orientasi ini pasti akan kita rindukan. Tapi, jangan rindu kawan sebab kita tak kemana-mana. Kita di sini dalam naungan Pemerintah Kota Kendari.

Sekian….

-Wulan

30-31 Maret 2019 00:45

Sunday, 11 November 2018

Tentang November


Di bulan yang sama, tiga tahun lalu, tepatnya November 2015 aku pernah berada dalam titik terendah kehidupanku. Dihadapkan pada persoalan yang begitu pelik sampai rasanya tak mampu menghadapi dunia ketika membuka mata di pagi hari.

Masa-masa itu adalah saat terberat yang pernah aku jalani. Di tengah akhir semester, masa-masa ujian dengan tugas yang menumpuk yang menguras otak dan tenaga untuk menyelesaikannya. Aku bertemu kenyataan di mana aku dipaksa harus memilih antara seseorang yang selama ini kuperjuangkan dengan orang-orang yang selama ini berjuang untuk kehidupanku. Lalu kisah yang telah dirajut dengan asa untuk bersama itu pun kandas tanpa kata tanpa penyelesaian. Karena dia yang juga tak peduli. Sampai saat ini pun aku masih bingung dengan kata dan kalimat apa aku bisa mendeskripsikan saat-saat itu.

Bukan hal yang mudah untuk melewati tiga tahun ini, dan ternyata aku mampu melewati segalanya dengan baik. Meski sempat terpuruk, tak ada gairah menjalani hidup, sampai tak mampu untuk bercerita kepada siapapun. Semua luka, sakit hati, kesedihan, penyesalan dan air mata aku pendam sendiri. Bahkan di tengah keramaian dan saat tertawapun, aku sebenarnya menangis.

Kemudian aku belajar untuk menjadi kuat, berdiri di atas luka dan berusaha untuk membuktikan bahwa aku mampu melewati fase itu dan menjadi pribadi yang lebih baik. Karena keyakinanku, Allah tak akan memberikan ujian di luar batas kemampuanku. Awalnya memang berat, sangat, tapi tak ada yang tak mungkin jika kita terus berusaha untuk melupakan dan menerima dengan ikhlas apa yang telah digariskan-Nya.

Kini aku telah berdamai dengan masa lalu. Seiring waktu, aku belajar banyak hal yang mengkin menjadi pemicu mengapa ujian yang berat itu datang sebab kesalahanku sendiri. Yang pasti, aku tak ingin mengulang kesalahan yang sama. Karena itu, untuk saat ini aku lebih memilih sendiri. Kesendirian ini membuatku menjadi lebih mandiri tanpa tergantung dengan orang lain, tanpa mengharapkan apapun dari orang lain.

Meski sepi kadang menyelimuti rasa. Walau iri kadang terselip di hati melihat mereka yang telah berdua. Tapi aku tak ingin terlarut. Hidup bukan hanya tentang persoalan rasa dan hubungan antara pria dan wanita. Hidup jauh lebih berarti dari sekadar urusan cinta. Meraih impian dan menjadi orang yang berguna buat orang lain jauh lebih utama untuk dikejar.

Bukan tak ingin untuk jatuh cinta lagi, hanya saja, kau tahu, orang yang hatinya pernah patah tak akan mudah untuk kembali membuka hati. Karena untuk sampai di titik ini saja butuh perjuangan yang luar biasa. 


-WS