Sunday, 11 November 2018

Tentang November


Di bulan yang sama, tiga tahun lalu, tepatnya November 2015 aku pernah berada dalam titik terendah kehidupanku. Dihadapkan pada persoalan yang begitu pelik sampai rasanya tak mampu menghadapi dunia ketika membuka mata di pagi hari.

Masa-masa itu adalah saat terberat yang pernah aku jalani. Di tengah akhir semester, masa-masa ujian dengan tugas yang menumpuk yang menguras otak dan tenaga untuk menyelesaikannya. Aku bertemu kenyataan di mana aku dipaksa harus memilih antara seseorang yang selama ini kuperjuangkan dengan orang-orang yang selama ini berjuang untuk kehidupanku. Lalu kisah yang telah dirajut dengan asa untuk bersama itu pun kandas tanpa kata tanpa penyelesaian. Karena dia yang juga tak peduli. Sampai saat ini pun aku masih bingung dengan kata dan kalimat apa aku bisa mendeskripsikan saat-saat itu.

Bukan hal yang mudah untuk melewati tiga tahun ini, dan ternyata aku mampu melewati segalanya dengan baik. Meski sempat terpuruk, tak ada gairah menjalani hidup, sampai tak mampu untuk bercerita kepada siapapun. Semua luka, sakit hati, kesedihan, penyesalan dan air mata aku pendam sendiri. Bahkan di tengah keramaian dan saat tertawapun, aku sebenarnya menangis.

Kemudian aku belajar untuk menjadi kuat, berdiri di atas luka dan berusaha untuk membuktikan bahwa aku mampu melewati fase itu dan menjadi pribadi yang lebih baik. Karena keyakinanku, Allah tak akan memberikan ujian di luar batas kemampuanku. Awalnya memang berat, sangat, tapi tak ada yang tak mungkin jika kita terus berusaha untuk melupakan dan menerima dengan ikhlas apa yang telah digariskan-Nya.

Kini aku telah berdamai dengan masa lalu. Seiring waktu, aku belajar banyak hal yang mengkin menjadi pemicu mengapa ujian yang berat itu datang sebab kesalahanku sendiri. Yang pasti, aku tak ingin mengulang kesalahan yang sama. Karena itu, untuk saat ini aku lebih memilih sendiri. Kesendirian ini membuatku menjadi lebih mandiri tanpa tergantung dengan orang lain, tanpa mengharapkan apapun dari orang lain.

Meski sepi kadang menyelimuti rasa. Walau iri kadang terselip di hati melihat mereka yang telah berdua. Tapi aku tak ingin terlarut. Hidup bukan hanya tentang persoalan rasa dan hubungan antara pria dan wanita. Hidup jauh lebih berarti dari sekadar urusan cinta. Meraih impian dan menjadi orang yang berguna buat orang lain jauh lebih utama untuk dikejar.

Bukan tak ingin untuk jatuh cinta lagi, hanya saja, kau tahu, orang yang hatinya pernah patah tak akan mudah untuk kembali membuka hati. Karena untuk sampai di titik ini saja butuh perjuangan yang luar biasa. 


-WS

No comments:

Post a Comment