Sunday, 21 July 2019

Manusia Biasa


Aku hanyalah manusia biasa
Bisa merasakan sakit dan bahagia
Izinkan ku bicara
Agar kau juga dapat mengerti

Lagu terbaru milik Judika mengalun lembut. Lagu yang sangat romantis dan lagi ngehits saat ini. Aku juga menyukainya dan sering kuputar di play list. Dan penggalan lagu di atas seolah mewakili perasaanku sekarang. Bukan, bukan karena aku sedang jatuh cinta, bukan juga karena aku sedang patah hati, hanya aku sedang kecewa pada waktu yang kadang bercandanya sungguh terlalu.

Aku juga adalah manusia biasa yang bisa merasa sakit, terluka dan juga bahagia. Aku ingin bicara tapi tak tahu pada siapa perihal masalah yang bertubi belakangan ini. Hanya isi di kepalaku yang tak berhenti mendebat dan kadang bikin frustasi.

Di saat aku coba mencari ketenangan eehh setelahnya masalah baru muncul lagi. Baru saja aku merasa sedikit bahagia karena melihat senja yang cantik, setelah pulang kenyataan mempertemukanku dengan amarah yang tak mau percaya pada kata.

Sebenarnya, aku juga bingung apa yang membuat aku berpikir terlalu keras seperti ini? Malah aku hanya menyiksa diri sendiri. Beratku semakin menyusut, pipiku semakin tirus, dan hatiku tak pernah tenang.  Aku tahu setiap orang memiliki masalahnya sendiri, hanya berbeda kadar dan beratnya. Aku tak perlu seolah menjadi manusia yang paling kasihan di muka bumi ini. Aku malah jauh lebih beruntung. Masih bisa bernapas dengan baik, pendengaran yang sempat terganggu dua minggu lalu juga sudah pulih, cuma sedikit nyeri di gusi yang sedang membengkak karena gigi bungsu yang baru mau tumbuh. Selebihnya aku tak kurang suatu apa. Kenapa aku tidak bersyukur dan hanya sibuk merutuki nasib yang sebenarnya baik-baik saja?

Akupun maunya begitu. Aku juga ingin bersikap masa bodo, cuek dan tak peduli pada apapun tapi aku bukan tipe orang yang seperti itu. Aaah dan aku malah bercerita tentang semuanya di sini. Padahal sebenarnya aku ingin menulis sesuatu yang menyenangkan saja. Tapi, kalau hanya hal-hal menyenangkan saja yang aku tulis, apa gunanya menulis? Sedang di saat begini, untuk bicara aku tak mampu dan menulislah caraku untuk setidaknya melepas sedikit beban.

Berbicara menulis, kadang aku merasa mungkin orang menganggapku alay karena terlalu sok puitis dan melankolis. Apalagi kalau meng-upload foto di media sosial yang kuberi caption sajak-sajak kecil. Tapi itu tak masalah, karena dengan begitu aku menjadi beda dengan orang kebanyakan. Beda itu bukan aib justru menjadi beda adalah sesuatu yang baik. Apalagi menulis yang tak semua orang bisa merangkai kata dengan baik. Bahkan akupun tidak semahir itu. Aku hanya mencoba untuk tetap ada tulisan yang aku buat. Meski hanya coretan-coretan kecil tentang apa yang kurasa dan tidak sebagus tulisan mereka yang memang adalah seorang penulis.

Kalau kata pak Aswan dosenku di kampus, “Menulis adalah merayakan hidup.” Lain lagi kata Rintik Sedu, baginya menulis itu menyembuhkan. Yah dengan menulis kita merayakan hari ini, entah itu baik atau buruk dengan menulis kita jadi menghargai hidup kita. Menulis itu memang menyembuhkan, karena sesak yang menghimpit di dada dan memenuhi rongga kepala itu butuh pelampiasan, butuh ruang untuk di keluarkan. Jika pada manusia tak memungkinkan, maka menulislah solusinya. Karena hanya dengan menulis kita bisa bercerita dengan bebas, tanpa takut tak didengarkan, tanpa takut dicemooh, tanpa perlu merasa kecewa bila diacuhkan.

Sebenarnya ada banyak hal yang ingin kuceritakan, tapi mungkin lain waktu saja. Dan untuk tulisan berikutnya, aku janji aku akan menulis tentang sesuatu yang menyenangkan.



~WS

No comments:

Post a Comment