Aku hanyalah manusia biasa
Bisa merasakan sakit dan bahagia
Izinkan ku bicara
Agar kau juga dapat mengerti
Lagu
terbaru milik Judika mengalun lembut. Lagu yang sangat romantis dan lagi ngehits saat ini. Aku juga menyukainya
dan sering kuputar di play list. Dan penggalan
lagu di atas seolah mewakili perasaanku sekarang. Bukan, bukan karena aku
sedang jatuh cinta, bukan juga karena aku sedang patah hati, hanya aku sedang
kecewa pada waktu yang kadang bercandanya sungguh terlalu.
Aku
juga adalah manusia biasa yang bisa merasa sakit, terluka dan juga bahagia. Aku
ingin bicara tapi tak tahu pada siapa perihal masalah yang bertubi belakangan
ini. Hanya isi di kepalaku yang tak berhenti mendebat dan kadang bikin
frustasi.
Di
saat aku coba mencari ketenangan eehh setelahnya masalah baru muncul lagi. Baru
saja aku merasa sedikit bahagia karena melihat senja yang cantik, setelah
pulang kenyataan mempertemukanku dengan amarah yang tak mau percaya pada kata.
Sebenarnya,
aku juga bingung apa yang membuat aku berpikir terlalu keras seperti ini? Malah
aku hanya menyiksa diri sendiri. Beratku semakin menyusut, pipiku semakin
tirus, dan hatiku tak pernah tenang. Aku
tahu setiap orang memiliki masalahnya sendiri, hanya berbeda kadar dan
beratnya. Aku tak perlu seolah menjadi manusia yang paling kasihan di muka bumi
ini. Aku malah jauh lebih beruntung. Masih bisa bernapas dengan baik,
pendengaran yang sempat terganggu dua minggu lalu juga sudah pulih, cuma
sedikit nyeri di gusi yang sedang membengkak karena gigi bungsu yang baru mau
tumbuh. Selebihnya aku tak kurang suatu apa. Kenapa aku tidak bersyukur dan
hanya sibuk merutuki nasib yang sebenarnya baik-baik saja?
Akupun
maunya begitu. Aku juga ingin bersikap masa bodo, cuek dan tak peduli pada
apapun tapi aku bukan tipe orang yang seperti itu. Aaah dan aku malah bercerita
tentang semuanya di sini. Padahal sebenarnya aku ingin menulis sesuatu yang
menyenangkan saja. Tapi, kalau hanya hal-hal menyenangkan saja yang aku tulis,
apa gunanya menulis? Sedang di saat begini, untuk bicara aku tak mampu dan
menulislah caraku untuk setidaknya melepas sedikit beban.
Berbicara
menulis, kadang aku merasa mungkin orang menganggapku alay karena terlalu sok
puitis dan melankolis. Apalagi kalau meng-upload
foto di media sosial yang kuberi caption
sajak-sajak kecil. Tapi itu tak masalah, karena dengan begitu aku menjadi beda
dengan orang kebanyakan. Beda itu bukan aib justru menjadi beda adalah sesuatu yang
baik. Apalagi menulis yang tak semua orang bisa merangkai kata dengan baik.
Bahkan akupun tidak semahir itu. Aku hanya mencoba untuk tetap ada tulisan yang
aku buat. Meski hanya coretan-coretan kecil tentang apa yang kurasa dan tidak
sebagus tulisan mereka yang memang adalah seorang penulis.
Kalau
kata pak Aswan dosenku di kampus, “Menulis
adalah merayakan hidup.” Lain lagi kata Rintik Sedu, baginya menulis itu
menyembuhkan. Yah dengan menulis kita merayakan hari ini, entah itu baik atau
buruk dengan menulis kita jadi menghargai hidup kita. Menulis itu memang
menyembuhkan, karena sesak yang menghimpit di dada dan memenuhi rongga kepala
itu butuh pelampiasan, butuh ruang untuk di keluarkan. Jika pada manusia tak
memungkinkan, maka menulislah solusinya. Karena hanya dengan menulis kita bisa
bercerita dengan bebas, tanpa takut tak didengarkan, tanpa takut dicemooh,
tanpa perlu merasa kecewa bila diacuhkan.
Sebenarnya
ada banyak hal yang ingin kuceritakan, tapi mungkin lain waktu saja. Dan untuk
tulisan berikutnya, aku janji aku akan menulis tentang sesuatu yang
menyenangkan.
~WS
No comments:
Post a Comment