Saturday, 1 February 2020

Sepotong Cerita Saat Mengikuti Seleksi CPNS

Sudah masuk bulan ke dua di tahun 2020 saja. Waktu ternyata bergerak secepat itu. Sudah cukup lama juga saya tidak menulis, dan kali ini saya ingin berbagi sedikit cerita mengenai kisah saya saat mengikuti seleksi tes CPNS 2018 lalu. Karena sekarang tes CPNS 2019 sedang hangat-hangatnya menjadi perbincangan, dan juga melihat beberapa teman yang menulis dan membagikan kisah mereka membuatku juga tergelitik untuk membuat tulisan ini. Selain itu, saya juga ingin menunaikan janji saat beberapa teman yang berulang kali bertanya kepada saya mengenai tips dan trik serta saran dalam menghadapi tes CPNS.

Sejujurnya saat ditanya seperti itu, saya sulit menjawabnya dan saya tidak tahu harus memberikan masukan seperti apa. Tapi, di sini saya akan sedikit menceritakan pengalaman saya.

Sebenarnya sejak awal, saya tidak pernah berkeinginan untuk menjadi seorang PNS. PNS tidak pernah termasuk dalam list cita-cita saya. Ketika saya telah menyelesaikan kuliah saya, sayapun menjadi dilema dan berada pada titik dimana saya merasa menjadi orang yang sangat tidak berguna, saya tidak tahu mau jadi apa saya sebenarnya, semua harapan dan keinginan saya terasa mustahil untuk berwujud nyata. Lalu setelah melewati renungan yang cukup panjang saya sampai pada kesimpulan bahwa saya harus menjadi orang yang berguna, apapun yang saya kerjakan setidaknya saya bisa memiliki manfaat untuk diri saya sendiri dan orang-orang terdekat saya.

Di tahun 2017 saya sempat mendaftar tes CPNS di Kemenkumham, dan sudah dinyatakan lolos berkas, tapi saya tidak sampai mengikuti SKD karena di hari pelaksanaan tes saya masih terbaring sakit dan tak ada persiapan belajar sedikitpun. Setelah itu, di awal tahun 2018 saya mulai mencari kerja di manapun saat ada lowongan terbuka, saya pasti membawa lamaran saya. Tapi kegagalan selalu mematahkan semangat. Hingga di pertengahan tahun 2018 saya mulai menyerah dan sempat berkata kepada orang tua saya bahwa saya sudah tidak mau lagi mencari kerja, lebih baik saya membantu mereka jualan di pasar.

Saat itu kabar akan adanya tes CPNS 2018 mulai berhembus tapi saya biasa-biasa saja mendengarnya dan tidak berniat untuk mendaftar, mengingat cerita dari teman-teman yang ikut tes di tahun lalu bahwa soalnya sangat susah. Saya juga kebayang betapa rempongnya pengurusan berkasnya nanti sudah membuat saya malas.

Kemudian seorang teman menawarkan saya untuk bekerja di kantornya, bukan sebagai pegawai tetap dan gajinya juga tidak seberapa tapi lumayan. Saya akhirnya bekerja di sana. Beberapan bulan kemudian tes CPNS benar dibuka semua orang yang saya kenal begitu antusias untuk mendaftar. Mereka sudah mulai menyiapkan berkas persyaratan dan mulai memilih formasi dan dimana akan mendaftar. Sedang saya masih bimbang antara mau mendaftar atau tidak.

Akhirnya setelah beberapa lama, saya juga mulai mencari informasi dimana saja ada terbuka formasi untuk jurusanku.  Waktu itu saya berpikir, Kalau di Kota Kendari tak ada formasinya mungkin saya tidak akan mendaftar . Tapi, ternyata ada tiga formasi untuk jurusan Ilmu Komunikasi di Kota Kendari yaitu formasi analis publikasi di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan, dan Bagian Humas dan Protokol Sekda. Harus pintar-pintar menentukan pilihan karena hanya bisa memilih satu formasi saja.

Singkat cerita saya akhirnya memilih formasi di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dan menyelesaikan semua proses pendaftaran di hari terakhir. Saya mulai sedikit pesimis karena melihat jumlah pendaftar di formasi yang saya lamar sebanyak 88 orang dan kemungkinan saya untuk lulus itu cuman nol koma nol sekian persen.

Pada saat itu, orang-orang di sekitar saya sudah mulai giat belajar. Sedangkan saya sama sekali tidak ada niatan untuk belajar. Nanti pada saat jadwal tes saya sudah keluar barulah saya mulai kepikiran dan akhirnya mencoba belajar. Mulai dari belajar di aplikasi simulasi CAT BKN yang banyak dan bisa di download di play store, nonton video cara-cara menjawab soal di youtube,  dan belajar dari soal-soal yang dibagikan di akun-akun media sosial mengenai CPNS yang saya ikuti.

Tibalah hari H saya mengikuti tes, waktu itu saya lupa hari apa, yang saya ingat saya berada di sesi 5 yang waktu tesnya pukul 13.30 siang. Di lokasi tes saya menemui teman-teman saya yang ternyata mendapat jadwal tes yang sama. Sambil menunggu memasuki ruang tes, di situ kami saling bercanda dan saling menyemangati meski beberapa di antara kita bersaing karena memilih formasi yang sama. Setidaknya mengurangi sedikit kegugupan saya, karena bagaimanapun saya merasa kurang siap menghadapi tes kali ini.

Waktu tes pun di mulai, satu persatu kami memasuki ruangan. Sebelum masuk ruang tes ini kita harus melewati beberapa tahap, mulai dari pemeriksaan bawaan di mana kita tidak bisa membawa apapun kecuali KTP dan Kartu tes, selebihnya akan diamankan oleh panitia. Bahkan ada yang sampai harus menggunting gelang yang dipakainya, banyak juga saya lihat terpaksa memakai tali rapiah sebagai ikat pinggang karena dilarang memakai segala sesuatu yang berbau logam. Saya tidak mengerti juga sih kenapa, tapi begitulah aturannya.

Sebelum mulai, panitia menjelaskan sedikit tentang aturan dan tata cara pelaksanaan tes tersebut, kemudian kami disuruh berdoa dan tes pun dimulai. Saya mulai mejawab soal dari nomor 1 yaitu soal-soal TWK, saya lumayan santai dalam menjawab soal-soal yang berkaitan dengan penerapan pancasila dan UUD 1945 dalam kehidupan sehari-hari. Tapi saya mulai menguras otak berfikir keras ketika menghadapi soal yang berkaitan dengan Undang-undang ataupun soal sejarah yang ada tanggalnya. Saya lalu meninggalkan soal yang belum mampu saya jawab, tiba di soal TIU untuk bahasa Indonesia, saya sedikit tertolong karena saya lumayan suka dan sering membaca, soal-soal gambar juga cukup cepat saya kerjakan, tapi untuk soal perhitungan apalagi yang akar dan pangkat-pangkat saya benar-benar buta bagaimana menyelesaikannya, sayapun sudah di kejar waktu yang tinggal 40 menitan.

Saya beralih mengerjakan soal TKP dan menyisakan sekitar belasan soal TIU. Soal TKP membuat saya pusing karena panjang-panjang dan jawabannya menjebak. Saya sama sekali tidak mempersiapkan dan tidak belajar cara menjawab soal TKP ini. karena dari banyak contoh soal yang saya pelajari rata-rata mudah dijawab. Tapi soal yang saya hadapi saat ini benar-benar menjebak. Sayapun menjawab soal yang saya benar-benar yakin saja dan menyisakan yang lainya. 15 menit terakhir saya beralih melihat soal yang belum saya jawab dari awal. Hingga di lima menit terakhir membuat saya menjawab soal tersebut dengan asal, tembak jonga istilahnya. 

Berapa detik waktu tersisa. Saya tutup mata memasrahkan segalanya kepada Allah, dengan mengucap Bismillah saya menyelesaikan tes. Saya terdiam sejenak melihat hasil tes saya di layar monitor yang menampilkan hasil tes saya Twk 115, Tiu, 80, dan Tkp 139 dengan jumlah 334. Saya nyaris berteriak saat melihat jumlah nilai yang cukup tinggi. Tapi teman di samping saya yang juga melihat nilai saya memberitahukan bahwa nilai TKP saya kurang 4. Badan saya lemas, saya pun keluar ruang ujian dengan raut kecewa. Bukan hanya saya, karena di sesi saya waktu itu tak ada satupun yang mencapai Passing Grade (PG).


Di jalan pulang, sambil mengendarai beblue saya berteriak sekencang-kencangnya, merutuki diri saya yang menganggap remeh tes ini. Saya sangat menyesal karena tidak mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Tidak belajar dengan sungguh-sungguh. Tapi nasi sudah menjadi bubur dan saya harus ikhlas menerimanya.
Sayapun teringat dengan planning saya untuk tahun 2019 nanti, di mana saya sudah punya rencana untuk pergi belajar bahasa Ingris di Kampung Ingris Pare. Setelah belajar di sana saya akan berusaha mencari beasiswa untuk melanjutkan study S2. Iya, kegagalan di tes CPNS ini bukan akhir segalanya. Saya akhirnya ikhlas dan kembali menjalani hari-hari seperti biasa.

Lalu setelah proses SKD selesai muncullah polemik dimana banyak yang tidak lolos PG, bahkan banyak formasi yang tidak terisi. Kemudian pemerintah mengeluarkan kebijakan dengan adanya sistem perengkingan. Waktu itu saya sempat harap-harap cemas, sapatau saja nilaiku termasuk 3 peringkat teratas. Dalam hati saya panjatkan doa kalau rezeki saya ada di sini semoga saya termasuk.

Hari itu 30 November 2018, di mana saya mengalami hari yang tidak menyenangkan di kantor. Lalu saat di jalan pulang, hujan turun dengan lebatnya dan saya tidak memakai mantel. Tapi saya membiarkan tubuh saya kuyup. Saya yang sangat menyukai hujan merasa hari itu tidak terlalu buruk karena hujan yang turun. Suasana hati saya pun membaik. 

Sesampainya di rumah, setelah mandi saya mengecek HP ada notifikasi Instagram yang masuk, dari seorang teman "congrats wulan" katanya. Sayapun kaget. Saya menanyakan maksudnya dan dia mengirimkan screenshot Pengumuman hasil SKD "Ada namamu di daftar yang lolos SKB." Katanya, dan saya benar-benar kaget dan masih tidak percaya. Akhirnya saya membuka Facebook dan mencari pengumuman tersebut di grup BKPSDM dan benar saja saya berada di peringkat ke dua. Saya tidak berhenti mengucap syukur kepada Allah. Lalu di grup wa teman-teman kuliah saya sudah pada ribut mengucap selamat, ada juga yang menyemangati dan menyuruh saya untuk belajar agar saya bisa lolos, kata mereka setidaknya di antara kita ada yang lolos. Dari mereka juga saya tahu bahwa salah satu lawan saya nanti adalah junior di kampus mereka berpesan agar saya tidak boleh dikalahkan oleh junior hahaha saya cuma tertawa dan meminta di doakan. Aah saya terharu dengan dukungan teman-temanku itu.

Di tes SKB ini saya merasa telah diberikan kesempatan ke dua, dan saya tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini. Dari situlah keinginan saya untuk lolos mulai muncul. Meski sekali lagi saya tidak semenggebu-gebu itu. Tapi saya mencoba memaksimalkan usaha, dan belajar semampu saya. Meski di saat saya mencari contoh soal SKB untuk formasi saya, sama sekali saya tidak menemukannya. Itu sempat membuat semangat saya kendur lagi. Saya bingung harus mempelajari apa. 

Di titik ini saya lagi-lagi pasrah. Saya mencoba upaya lain dengan maksimalkan doa. Saya berusaha bangun shalat tahajud dan juga melaksanakan shalat hajad, saya juga beberapa kali berpuasa. Dan saya selalu meminta doa pada siapapun yang saya temui, pasti saya bilang "doakan nah, saya mau tes SKB, semoga saya lulus". Terlebih lagi kepada ke dua orang tua saya. Hampir tiap saat saya mengingatkan mereka untuk saya di doakan.  Karena saya tahu doa orang tua itu adalah yang utama, apalagi doa seorang ibu. Saya pribadi selalu berdoa, "Ya Allah jika memang rezeki saya ada di sini, baik untuk saya, untuk orang tua, untuk orang-orang disekeliling saya, dan apabila dengan ini saya bisa jadi bermanfaat, meski manfaat yang saya berikan cuma kecil dan kontribusi saya untuk bangsa dan negara ini tidak seberapa. Maka luluskanlah saya. Berikan saya kemudahan dalam menghadapi dan dalam menjawab soal di tes nanti. Kalaupun bukan di sini rezekiku semoga engkau telah menyiapkan yang jauh lebih baik dari ini, aamiin". Begitulah doa yang selalu saya panjatkan setiap hari.

Tanggal 11 bulan Desember 2018 adalah hari tes SKB. Pagi-pagi sekali saya berangkat ke lokasi. waktu itu peserta kota kendari mendapat waktu tes di sesi 2. sambil menunggu, saya duduk-duduk di teras gedung tempat tes. Di samping saya ada ibu-ibu berbadan gemuk. Awalnya kita sibuk masing-masing. Kemudian dia mulai menyapa saya. Basa basi menanyakan peserta tes dari mana. Kami pun mulai berbincang hangat saat sama-sama tahu peserta kota Kendari. Saya cerita kalu saya peringkat dua, sementara dia adalah peserta yang sudah lolos PG. Diapun menyarankan saya untuk membaca ayat kursi selama menunggu. Saya menurut dan mulai melafalkan ayat kursi di dalam hati sembari berdoa memohon petunjuk dan kemudahan dari Allah. 

Tidak lama, seseorang yang tidak asing tersenyum menyapa saya, " Kak kita tau ji saya?" Saya menjawab " Desi bukan? juniorku toh?" Yaah dialah yang disebut-sebut teman-temanku junior yang menjadi lawanku di tes kali ini dan ada seorang lagi yang sama sekali saya tidak kenal. Desi ini kabarnya anaknya juga cerdas dan tidak bisa dianggap remeh. Kami pun berbincang-bincang. Saya mengatakan kepada Desi bahwa meskipun kita ini saingan saat ujian nanti, tapi siapapun yang lolos, itu berarti sudah takdir dan rezekinya. Dia mengiyakan perkataanku dan dia sempat menemani saya ke kamar kecil, lantaran gugupnya saya sampai beberapa kali buang air kecil. Setelah beberapa lama nama kami di panggil satu persatu, tas dan barang bawaan kami pun, kembali di serahkan kepada panitia, karena aturannya masih sama cuma boleh membawa KTP dan Kartu tes. 

Matahari sudah mulai meninggi kira-kira waktu sudah pukul 10 dan kami masih belum memasuki ruang tes. Semakin lama dimulai, rasanya semakin gugup. Semakin ingin cepat masuk ruang tes, tapi juga takut tidak bisa menyelesaikan soal dengan baik. Lagi-lagi saya ingin buang air kecil. Kebetulan ada mobil wc saya kurang tau namanya apa yang jelas saya dan beberapa orang mengantri di sana.

Hari itu saya benar-benar merasa berjuang sendiri, karena tidak seperti waktu tes SKD saat menunggu tidak terasa begitu lama, karena saya bersama dengan teman-teman yang saya kenal. Tapi di sini saya sama sekali tidak akrab dengan siapa-siapa.

Akhirnya waktu yang ditunggu-tunggu tiba saat kami satu persatu mulai memasuki ruang tes, saya sangat gugup. Di sini saya melangkah masuk ke ruangan yang akan menentukan nasib saya ke depan. Saya mengambil tempat duduk agak di tengah dan ternyata saya bertemu dengan sepupu saya dan dia duduk disampingku. Tidak ada waktu untuk mengobrol, tes dimulai dan semua orang sibuk dengan soal di hadapan masing-masing.

Saat mulai mengerjakan soal, saya sudah agak santai. Sebab ternyata soal-soal yang saya hadapi semuanya adalah pelajaran saya semasa kuliah. Saya bisa sedikit bernafas lega. Meski banyak juga soal yang membuat saya kesulitan karena memakai bahasa Inggris. Saya juga tetap melangkahi soal-soal yang saya belum yakin dengan jawabannya. Ada juga soal yang berulang. 

Saya mengerjakan soal SKB ini benar-benar hanya mengandalkan ingatan saya tentang pelajaran waktu kuliah. Tentunya dengan doa yang tidak hentinya saya rapalkan dalam hati. 40 menit saya sudah sampai di soal terakhir meski ada beberapa soal yang blum saya jawab. Saya lalu kembali ke soal pertama, membaca kembali, menelaah kembali jawaban saya hingga benar-benar yakin.

15 menit terakhir sudah mulai banyak yang beranjak. Tapi saya tidak mau terpengaruh saya masih mengulangi membaca soal dan jabawan saya. 10 menit terakhir sepupu saya sudah menyerah dia sudah mengakhiri ujiannya. Saya sempat melirik layar komputernnya, sepertinya nilainya tidak terlalu memuaskan. Saya masih mencoba tenang. Sampai waktu saya tinggal tersisa beberapa detik, barulah saya menarik nafas dalam-dalam dengan mengucap bismillah saya menekan akhiri ujian dengan satu telapak tangan saya menutupi wajah, mata saya sipitkan. Saya tidak terlalu yakin dan belum cukup siap dengan hasilnya, walau ada sedikit rasa percaya diri. Pelan-pelan saya membuka mata, saya menatap lekat-lekat layar di depan saya yang menampilkan nilai 305. Saya beberapa kali memastikan kalau saya tidak salah lihat. Dengan tangan gemetar saya menulis nilai saya tersebut di belakang lembar kartu tes saya.

Saya keluar ruangan dengan perasaan yang masih tak menentu. Saya menuju ke tempat tunggu di mana ada layar besar terpasang yang menampilkan nilai seluruh peserta. Saya berusaha mencari celah meski sangat sesak. Lalu Desi menghampiri saya menanyakan berapa nilai hasil tesku, saya memintanya menyebut nilainya duluan dan dia menyebut nilainya 270, sayapun menjawab bahwa nilaiku 305. Dia memegang tanganku dan mengucapkan selamat, katanya saya yang berhasil lolos karena saingan kita yang satunya mendapat nilai lebih rendah dari pada dia. Saya masih tak percaya, tetapi juga bersyukur atas hasil tes tersebut. Dalam hati saya juga mengucap terimakasih untuk kakak yang menyarankan saya membaca ayat kursi, karena saya yakin semua yang terjadi ini pasti ada kaitannya.

Saya pulang dengan perasaan bahagia dan juga haru. Waktu itu saya langsung menemui sahabat saya, Iindut. Kebetulan dia sedang berada di depan rumahnya saat saya datang memarkirkan motor dan langsung memeluknya saya mengatakan bahwa nilai saya lebih tinggi dari pesaing saya dan sepertinya saya lolos. Dia begitu bahagia mendengarnya, sambil memeluk saya erat dia mengucap selamat.

Tapi hari itu saya tidak mau jumawa. Belum ada pengumuman yang pasti, apapun masih mungkin terjadi pikirku. Keesokan harinya, ada pemberitahuan bahwa kita bisa melihat hasil nilai tes SKB di papan pengumuman di lokasi tes kemarin. Saat itu saya berada di kantor, dan saat jam istirahat tiba saya meminta izin keluar untuk melihat hasil tes. Di tengah jalan hujan deras turun mengguyur saya bernaun sejenak untuk memakai jas hujan dan kembali malajukan beblue ke lokasi tes. Dan saya baru benar-benar yakin saat melihat dengan mata kepala sendiri, bahwa nilai saya berada di peringkat dua untuk keseluruhan formasi analis publikasi. Meski setelahnya masih harus menunggu pengumuman resmi dari BKD terkait hasil akumulasi nilai SKD dan SKB, tapi dari hasil hitung-hitungan sendiri bisa dipastikan saya lolos. Tapi saya masih terus berdoa.

Tapi kebimbangan saya belum usai. Justru pertanyaan-pertanyaan silih berganti kembali menyeruak di benakku. Apakah ini benar-benar jalan yang saya inginkan? Apakah saya bisa melakukannya? Bagaimana jika, nanti saya menemukan hal yang tidaks esuai dengan ekspektasi saya? Mungkinkah pekerjaan saya nanti benar-benar sesuai dengan passion saya? Dan masih banyak pertanyaan lainnya yang membuat saya tidak bisa tidur nyenyak di malam hari.

Kemudian saya kembali berpikir, bahwa kenapa saya terlalu memikirkan hal-hal yang belum pasti itu? Sementara di luar sana ribuan orang ingin berada di posisiku saat ini. Kenapa saya masih tidak bersyukur dan mengeluh. Semangat sayapun kembali dan segala pertanyaan itu berbalik menjadi motivasi saya untuk memantapkan diri menjadi CPNS.

Nah teman-teman, saya bercerita di sini bukan untuk riya dan membanggakan diri saya. Tapi murni untuk berbagi cerita dengan harapan semoga menginspirasi dan menjadi motivasi teman-teman di luar sana yang sedang berjuang mengikuti seleksi CPNS tahun ini.

Semoga ada pelajaran yang bisa dipetik. Saran saya yang pertama, selagi bisa dan mampu berusahalah, belajar dan persiapkan diri sebaik mungkin. Jangan mencontoh saya yang ogah-ogahan dan tak memiliki motivasi belajar yang tinggi. Apapun alasan yang membawamu mengikuti tes CPNS ini, lakukanlah sebaik mungkin. 

Yang kedua, Berbuat baik dan berdoalah serta mintalah doa restu kepada siapa saja yang kau temui khususnya kepada orang tua terlebih seorang ibu. Karena saya benar-benar merasakan, tak akan ada keajaiban yang datang kecuali dengan doa seorang ibu. Kita juga tidak tahu doa siapakah yang akan terkabul.

Yang ketiga, jangan terlalu menggebu-gebu. Sehingga over Pd dan berlebihan dalam membicarakan perihal mengikuti tes CPNS ini. Karena segala hal yang berlebihan itu tidak baik.

Yang keempat, jaga kesehatan. Karena soal-soal tes CPNS baik SKD maupun SKB saaangat menguras otak dan untuk mampu berfikir dengan baik dibutuhkan tubuh yang sehat. Apalagi di hari tes usahakan tidur yang cukup dan makan teratur dengan makanan yang sehat.

Yang terakhir, pasrahkan segalanya kepada Allah yang maha kuasa atas segalanya. Karena bagaimanapun segala sesuatu yang kita jalani adalah atas kehendaknya dan bagaimanapun kita menginginkan sesuatu bila hal tersebut bukanlah milik kita maka kita tidak akan mungkin mendapatkannya. Tapi apabila sesuatu itu memang buat kita, bagaimanapun kita menolak dan tak menginginkannya kita pasti akan tetap mendapatkannya. Jadi jangan ragu dan takut. Tes CPNS ini bukalah segala-galanya.

Sepertinya ceritaku sudah sangat panjang dan jadi melebar kemana-mana. Mungkin itu saja yang bisa saya ceritakan di sini. Semoga bermanfaat  dan saya doakan untuk teman-teman yang sedang dan akan mengikuti tes CPNS semoga sukses, diberi kemudahan dan bisa mengahadapi tes CPNS dengan baik. Aamiin....


~WS

No comments:

Post a Comment