Sunday, 22 April 2018

RA. Kartini dan Kekuatan Sebuah Tulisan


Dua Hari ini, media sosial ramai dengan pembicaraan mengenai perayaan hari Kartini. Banyak orang mengunggah foto mereka yang sedang mengenakan kebaya, batik ataupun baju daerah lainnya di akun media sosial mereka sebagai bentuk perayaan Hari Kartini. Disertai juga dengan beragam caption ucapan selamat Hari Kartini atau ada pula yang menuliskan petikan kata-kata Kartini.  Banyak pula event dan kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka merayakan hari Kartini yang jatuh pada tanggal 21 April kemarin dan sudah menjadi turinitas masyarakat Indonesia tiap tahunnya.

Selain itu, berita-berita di media sosial maupun di media konvesional juga dipenuhi perihal Hari Kartini. Bukan hanya mengenai semaraknya perayaan tersebut, tetapi juga banyak yang mengulas tentang fakta sejarah kehidupan RA. Kartini. Hingga menjadi pahlawan dan pejuang emansipasi wanita seperti yang kita kenal saat ini.

Raden Ajeng Kartini/ Raden Ayu Kartini atau lebih dikenal dengan RA. Kartini, lahir di Jepara, 21 April 1879 dan meninggal pada 17 September 1904 di kota Rembang, empat hari setelah melahirkan putranya. Beliau ditetapkan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional oleh Presiden Soekarno pada tanggal 2 Mei 1964 dan Presiden Soekarno juga menetapkan hari lahir Kartini  yaitu tanggal 21 April, untuk diperingati setiap tahun sebagai hari besar yang kemudian dikenal sebagai hari Kartini (Sumber: https//id.m.ikipedia.org/wiki/kartini). Itulah sedikit gambaran mengenai sosok RA. Kartini.

Di sini saya tidak ingin mengulas lebih jauh mengenai bagaimana kehidupan RA. Kartini dan perjuangan yang beliau lakukan. Tapi saya tertarik mengulas fenomena yang terjadi di media sosial dalam beberapa hari terakhir ini.  

Di balik semaraknya perayaan Hari Kartini di berbagai daerah di seluruh Indonesia, yang dapat disaksikan lewat berbagai media massa ataupun media sosial, saya menemukan masih banyak komentar-komentar netizen yang mempertanyakan dan memperdebatkan perihal RA. Kartini. Kenapa harus RA. Kartini yang diangkat menjadi pahlawan dan dikenal sebagai pejuang emansipasi wanita? Apa yang telah beliau lakukan sehingga hari lahirnya menjadi hari besar yang mesti dirayakan tiap tahun di Negara ini? Padahal masih banyak pejuang wanita lainnya yang menurut mereka lebih layak dibanding RA. Kartini. Sebut saja Cut Nyak Dien, Dewi Sartika, Martha Christina Tiahahu, dan lain sebagainya yang perannya dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia tak perlu diragukan lagi.

Lalu kenapa hanya nama RA. Kartini yang dikenal luas? Banyak netizen yang mendebatkan hal ini tanpa mencari tahu cerita dan fakta sejarah yang sebenarnya. Bahkan sampai menyerempet masalah sara. Saya pun belum membaca secara detail mengenai sejarah RA. Kartini ataupun tulisan-tulisannya. Saya hanya membaca ulasan-ulasan mengenai RA. Kartini di internet ataupun dari buku sejarah semasa sekolah dulu.

Tapi, ada satu hal yang menjadi pembeda antara RA. Kartini dengan pejuang wanita lainnya di Indonesia. Di mana, pejuang wanita lainnya memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dengan turun langsung ke medan perang mempertaruhkan nyawa, harta dan segala yang dimiliki. Berbeda dengan Ibu Kartini, beliau meninggalkan suatu karya besar yang di kemudian hari menginspirasi dan membuka pikiran banyak orang-orang Eropa khususnya di Belanda mengenai wanita pribumi pada zaman Hindia Belanda.

Karya tersebut berupa tulisan-tulisan Ibu Kartini dalam surat yang beliau kirimkan kepada teman-temannya di Belanda, yang kemudian diterbitkan menjadi sebuah buku yang berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang. Buku tersebut berisi mengenai berbagai pandangan dan pemikiran-pemikran RA. Kartini yang sangat maju dan luas pada zaman itu sehingga banyak yang mengatakan pemikiran RA. Kartini melampaui zamannya.

Di zaman kolonial yang masih sangat menjunjung tinggi sistem patriarki khususnya di tanah Jawa. Yang mana perempuan masih terkungkung dalam peraturan kebudayaan yang banyak memberikan batasan-batasan untuk bergerak bagi perempuan.

Karena itulah, RA. Kartini dikenal sebagai pejuang emansipasi wanita. Tulisan dan pemikirannya yang modern menjadi inspirasi banyak orang untuk memperjuangkan keadilan, kesetaraan gender ataupun  persamaan hak antara laki-laki dan perempuan dalam berbagai hal. Salah satunya dalam hal pendidikan, di mana pada saat itu hanya laki-laki yang bisa mengecap pendidikan tinggi, itupun bagi mereka yang berstatus bangsawan ataupun petinggi-petinggi dari kalangan atas pribumi.

Kartini, melalui pemikiran yang ditulisnya percaya bahwa hanya dengan pendidikan, perempuan bisa keluar dari kebodohan dan kungkungan budaya. Pendidikanlah pintu bagi bangsa Indonesia bisa maju dalam memperjuangkan kemerdekaan dan melepaskan diri dari jajahan Belanda.

RA. Kartini, memang tidak melawan dengan mengangkat senjata. Tapi, dia melawan dengan pemikiran dan tulisannya yang kemudian mengilhami perubahan pandangan masyarakat pada saat itu terhadap kedudukan perempuan dan masalah pendidikan.

Tentunya kita juga tidak boleh melupakan jasa dari pejuang wanita lainnya, karena merekapun mempunyai sumbangsih yang besar untuk kemerdekaan Indonesia dengan cara yang berbeda. Hal yang patut diingat RA. Kartini dan pejuang wanita lainnya sama-sama berjuang dan memiliki cita-cita yang luhur untuk kemerdekaan Indonseia.

Hanya saja, RA. Kartini memang hidup dan berjuang dalam waktu singkat. Tapi, tulisannya tetap abadi. Kita yang hidup saat ini, bahkan anak cucu kita kelak juga masih akan mengenal RA. Kartini karena tulisannya. Itulah kekuatan sebuah tulisan. Seperti pemikiran Kartini yang melampaui zaman, tulisan juga begitu, dapat melampaui zaman bahkan hingga ratusan tahun berlalu.

Lantas, megapa kita yang sudah merasakan nikmatnya merdeka ini harus dan masih saja sibuk menperdebatkan hal yang tidak semestinya diperdebatkan? Mempertanyakan suatu hal tanpa melakukan riset mendalam. Yang pada akhirnya menjadi debat kusir dengan sesama saudara sebangsa kita sendiri.

Bukannya memanfaatkan kemerdekaan dengan berkarya, belajar, dan mengabdikan diri untuk kemajuan bangsa seperti yang dicita-citakan para pahlawan dan leluhur kita. Sebagai rasa terimakasih karena perjuangan dan pengorbanan merekalah, kita dapat mengecap merdeka, pendidikan dan hidup yang lebih baik.

Karena tanpa kita sadari, di saat kita tengah sibuk saling berdebat mengenai hal yang tak perlu lagi diperdebatkan, bangsa lain sudah semakin maju dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuaannya. Semementara kita semakin tertinggal jauh dan terbelakang. Hanya menjadi konsumen dari kemajuan Negara lain.

Lalu apa bedanya dengan zaman dulu? Toh kita masih sama-sama terjajah. Dulu kita dijajah dalam bentuk penguasaan wilayah dan sekarang kita dijajah dengan produk-produk luar dan budaya-budaya luar yang semakin menggerus budaya ketimuran kita dan merusak masa depan generasi penerus bangsa ini.

Ayolah kawan, berhenti berdebat dan saling menjatuhkan satu sama lain. Karena kita ini saudara, sebangsa dan setanah air. Belajar, berkaya dan melakukan yang terbaik untuk bangsa ini lebih baik dan lebih bermanfaat untuk memajukan negara kita. Agar tak ada kata sia-sia dari perjuangan para pendahulu kita.

No comments:

Post a Comment