Friday, 6 April 2018

Perjuangan Seorang Perempuan


Apa yang kamu pikirkan jika mendengar kata “perempuan”? Lemah, cengeng, kosmetik, manja, cerewet, dan pasti masih banyak hal lain yang identik dengan “perempuan”.

Meskipun kini sudah ada kesetaran gender antara laki-laki dan perempuan, bahkan dalam Undang-undang diatur mengenai keterwakilan perempuan dalam politik harus memenuhi kuota 30 %. Namun, sebagian orang masih banyak yang memperlakukan wanita lebih rendah derajatnya dibanding laki-laki.

Di sini saya bukan mau membicarakan mengenai politik ataupun isu-isu tentang perempuan yang bertebaran di luar sana. Saya hanya ingin menuliskan tentang seorang perempuan yang saya kenal dan saya mengagumi sosoknya.

Dia adalah seorang POLWAN (Polisi Wanita) berpangkat Bripda yang mengabdikan dirinya kepada Negara. Dia juga adalah seorang istri dan ibu bagi suami dan anaknya. Tentunya diapun masih seorang anak bagi kedua orang tuanya dan bagiku dia adalah seorang sahabat yang mengagumkan. Sebagai seorang Polwan, dia mempunyai tanggung jawab yang besar untuk melayani negaranya dan di rumah tentunya dia pun juga memiliki tanggung jawabnya sendiri kepada keluarganya.

Saya mengenalnya sejak kecil, tepatnya saat kelas lima SD. Dia sebagai murid baru di sekolah dan bisa dibilang kami masih tetangga. Entah sejak kapan kami selalu bersama saat pergi dan pulang sekolah. Dari saat itu hingga saat ini, sudah kurang lebih tiga belas tahun kami bersahabat. Bukan hanya kami berdua tapi berempat. Sudah banyak hal yang kami lewati dan ternyata kami mampu mempertahankan persahabatan kami dengan berbagai perbedaan yang masing-masing kami miliki. Tapi kali ini saya hanya ingin bercerita mengenai Bupol saja, yang lain mungkin kapan-kapan hehe.

Semalam saya menghubunginya untuk menanyakan mengenai pengurusan perpanjangan SKCK di POLDA. Kebetulan si Bupol tugasnya di POLDA dan kebetulan yang kedua whatsapp-nya sedang aktif. Yup sebagai sahabat, saya sangat mengerti dengan kesibukannya sehingga saya sangat berhati-hati jika hendak menghubungi kalau-kalau saya mengganggu aktivitasnya. Apalagi dia juga sudah menjadi ibu dari baby yang lucu nan imut.

Kemudian Bupol bercerita mengenai aktivitas yang dia jalani hari itu. Ternyata dia baru pulang dari pengamanan debat PILKADA serentak 2018 yang diadakan di salah satu hotel berbintang di kota ini. Aktivitasnya dimulai dari sekitar pukul enam pagi sudah harus mengikuti apel pagi di kantor. Kemudian piket sampai pukul empat sore. Lalu dia pulang ke rumah hanya untuk mandi dan langsung pergi ke lokasi debat PILKADA untuk pengamanan. Pengamanan dilakukan dari jam lima sore sampai jam sebelas malam.

Selama kurang lebih enam jam, dia bertugas di bagian pintu masuk dan itu dilakukan dengan berdiri. Saat itu saya spontan mengucap, “tugas polisi itu berat ya, kalau saya mungkin sudah pingsan”. Sedangkan waktu pengurusan skripsi saya dulu, di mana menunggu dosen berjam-jam itu capeknya minta ampun. Padahal ini duduk loh. Bagaimana kalau berdiri berjam-jam seperti itu.

Bupol juga pernah bercerita kepada saya. Dia pernah bolak-balik rumah kantor hingga berkali-kali untuk melihat dan memberikan ASI untuk anaknya. Saat itu dia baru masuk kantor lagi setelah cuti melahirkan selama tiga bulan. Saya yakin masih banyak hal berat dari rutinitas setiap hari yang dia jalani.

Sungguh itu adalah perjuangan yang cukup berat dan tidak semua orang mampu menjalaninya. Hal itu juga sudah menjadi tanggung jawab dan resiko dari profesi yang dia jalani sebagai seorang perempuan.

Saya tahu, dia bukanlah orang yang suka mengeluh dan dia bercerita kepada saya hanya untuk mencurahkan isi hatinya di saat dia sedang merasa lelah. Dia perempuan yang kuat dan punya semangat tinggi. Di antara kami berempat bisa dibilang dialah yang memiliki pemikiran paling dewasa serta pembawaannya yang tenang. Berbeda dengan kami (saya dan dua sahabat saya yang lain), yang cenderung cerewet dan heboh dimanapun kapanpun. Itulah pandangaan saya secara pribadi tentang dirinya.

Hidup, memang tidak akan pernah bisa diprediksi. Siapa yang tahu, gadis berambut ombak itu yang dulunya lebih pendek sedikit dariku, kini menjadi seorang POLWAN dan juga seorang ibu yang pastinya akan sangat membanggakan bagi anak-anaknya kelak.

Cerita mengenai dirinya, cukup memantik semangat hidup saya yang kadang kencang kadang kendor. Saya sering berpikir kita mempunyai waktu yang sama dalam dua puluh empat jam, tapi kita mempunyai pencapaian yang berbeda tiap harinya.

Lalu, kenapa saya masih saja terus mengeluh dengan hidup yang saya jalani? Kalau dia bisa menjalani rutinitas yang berat seperti itu setiap hari, kenapa saya juga tidak bisa melakukan hal-hal yang lebih dari yang biasanya saya lakukan selama ini. Padahal apa yang saya lakukan tidak sebanding dengan perjuangannya.

Memang untuk membandingkan apa yang kita dan orang lain lakukan itu, tidak akan pernah setara. Karena kita memiliki tugas dan tanggung jawab yang berbeda. Tetapi kita bisa mengukur kerja keras seperti apa yang telah dan bisa kita lakukan untuk memberikan yang terbaik pada apa yang sudah kita putuskan untuk kita tekuni.

Begitupun antara laki-laki dan perempuan. Kalau kata kak Deasy Terayoh perbedaan laki-laki dan perempuan itu hanya pada tonjolan dan liang yang mereka miliki. Walau tampak lemah dan tak berdaya, tapi seorang perempuan justru bisa menjadi kuat dan tangguh di balik kelemahannya tersebut.

Karena perjuangan seorang perempuan itu berat, lelaki mungkin tak akan sanggup. Karena itu, hargailah wanitamu, wahai para lelaki.

No comments:

Post a Comment