Apa yang kamu pikirkan jika mendengar kata “perempuan”?
Lemah, cengeng, kosmetik, manja, cerewet, dan pasti masih banyak hal lain yang
identik dengan “perempuan”.
Meskipun kini sudah ada kesetaran gender antara
laki-laki dan perempuan, bahkan dalam Undang-undang diatur mengenai
keterwakilan perempuan dalam politik harus memenuhi kuota 30 %. Namun, sebagian
orang masih banyak yang memperlakukan wanita lebih rendah derajatnya dibanding
laki-laki.
Di sini saya bukan mau membicarakan mengenai politik
ataupun isu-isu tentang perempuan yang bertebaran di luar sana. Saya hanya
ingin menuliskan tentang seorang perempuan yang saya kenal dan saya mengagumi
sosoknya.
Dia adalah seorang POLWAN (Polisi Wanita) berpangkat
Bripda yang mengabdikan dirinya kepada Negara. Dia juga adalah seorang istri
dan ibu bagi suami dan anaknya. Tentunya diapun masih seorang anak bagi kedua
orang tuanya dan bagiku dia adalah seorang sahabat yang mengagumkan. Sebagai seorang
Polwan, dia mempunyai tanggung jawab yang besar untuk melayani negaranya dan di
rumah tentunya dia pun juga memiliki tanggung jawabnya sendiri kepada
keluarganya.
Saya mengenalnya sejak kecil, tepatnya saat kelas
lima SD. Dia sebagai murid baru di sekolah dan bisa dibilang kami masih
tetangga. Entah sejak kapan kami selalu bersama saat pergi dan pulang sekolah. Dari
saat itu hingga saat ini, sudah kurang lebih tiga belas tahun kami bersahabat. Bukan
hanya kami berdua tapi berempat. Sudah banyak hal yang kami lewati dan ternyata
kami mampu mempertahankan persahabatan kami dengan berbagai perbedaan yang
masing-masing kami miliki. Tapi kali ini saya hanya ingin bercerita mengenai
Bupol saja, yang lain mungkin kapan-kapan hehe.
Semalam saya menghubunginya untuk menanyakan
mengenai pengurusan perpanjangan SKCK di POLDA. Kebetulan si Bupol tugasnya di
POLDA dan kebetulan yang kedua whatsapp-nya
sedang aktif. Yup sebagai sahabat, saya sangat mengerti dengan kesibukannya
sehingga saya sangat berhati-hati jika hendak menghubungi kalau-kalau saya
mengganggu aktivitasnya. Apalagi dia juga sudah menjadi ibu dari baby yang lucu nan imut.
Kemudian Bupol bercerita mengenai aktivitas yang dia
jalani hari itu. Ternyata dia baru pulang dari pengamanan debat PILKADA serentak
2018 yang diadakan di salah satu hotel berbintang di kota ini. Aktivitasnya
dimulai dari sekitar pukul enam pagi sudah harus mengikuti apel pagi di kantor.
Kemudian piket sampai pukul empat sore. Lalu dia pulang ke rumah hanya untuk
mandi dan langsung pergi ke lokasi debat PILKADA untuk pengamanan. Pengamanan
dilakukan dari jam lima sore sampai jam sebelas malam.
Selama kurang lebih enam jam, dia bertugas di bagian
pintu masuk dan itu dilakukan dengan berdiri. Saat itu saya spontan mengucap, “tugas
polisi itu berat ya, kalau saya mungkin sudah pingsan”. Sedangkan waktu
pengurusan skripsi saya dulu, di mana menunggu dosen berjam-jam itu capeknya
minta ampun. Padahal ini duduk loh. Bagaimana kalau berdiri berjam-jam seperti
itu.
Bupol juga pernah bercerita kepada saya. Dia pernah
bolak-balik rumah kantor hingga berkali-kali untuk melihat dan memberikan ASI
untuk anaknya. Saat itu dia baru masuk kantor lagi setelah cuti melahirkan
selama tiga bulan. Saya yakin masih banyak hal berat dari rutinitas setiap hari
yang dia jalani.
Sungguh itu adalah perjuangan yang cukup berat dan
tidak semua orang mampu menjalaninya. Hal itu juga sudah menjadi tanggung jawab
dan resiko dari profesi yang dia jalani sebagai seorang perempuan.
Saya tahu, dia bukanlah orang yang suka mengeluh dan
dia bercerita kepada saya hanya untuk mencurahkan isi hatinya di saat dia sedang
merasa lelah. Dia perempuan yang kuat dan punya semangat tinggi. Di antara kami
berempat bisa dibilang dialah yang memiliki pemikiran paling dewasa serta
pembawaannya yang tenang. Berbeda dengan kami (saya dan dua sahabat saya yang
lain), yang cenderung cerewet dan heboh dimanapun kapanpun. Itulah pandangaan
saya secara pribadi tentang dirinya.
Hidup, memang tidak akan pernah bisa diprediksi. Siapa
yang tahu, gadis berambut ombak itu yang dulunya lebih pendek sedikit dariku,
kini menjadi seorang POLWAN dan juga seorang ibu yang pastinya akan sangat
membanggakan bagi anak-anaknya kelak.
Cerita mengenai dirinya, cukup memantik semangat
hidup saya yang kadang kencang kadang kendor. Saya sering berpikir kita
mempunyai waktu yang sama dalam dua puluh empat jam, tapi kita mempunyai
pencapaian yang berbeda tiap harinya.
Lalu, kenapa saya masih saja terus mengeluh dengan hidup
yang saya jalani? Kalau dia bisa menjalani rutinitas yang berat seperti itu
setiap hari, kenapa saya juga tidak bisa melakukan hal-hal yang lebih dari yang
biasanya saya lakukan selama ini. Padahal apa yang saya lakukan tidak sebanding
dengan perjuangannya.
Memang untuk membandingkan apa yang kita dan orang
lain lakukan itu, tidak akan pernah setara. Karena kita memiliki tugas dan
tanggung jawab yang berbeda. Tetapi kita bisa mengukur kerja keras seperti apa
yang telah dan bisa kita lakukan untuk memberikan yang terbaik pada apa yang
sudah kita putuskan untuk kita tekuni.
Begitupun antara laki-laki dan perempuan. Kalau kata
kak Deasy Terayoh perbedaan laki-laki dan perempuan itu hanya pada tonjolan dan
liang yang mereka miliki. Walau tampak lemah dan tak berdaya, tapi seorang
perempuan justru bisa menjadi kuat dan tangguh di balik kelemahannya tersebut.
Karena perjuangan seorang perempuan itu berat,
lelaki mungkin tak akan sanggup. Karena itu, hargailah wanitamu, wahai para
lelaki.
No comments:
Post a Comment