Tuesday, 30 July 2019

Senyummu

Waktu melambat
Langkah terhenti
Kita membisu

Lagi, aku kehilangan kata
Padahal aku ingin lebih lama bercakap denganmu, 
mengurai ceritamu, melihat gelak tawamu, menatap matamu, 
dan senyummu yang sudah menjadi candu.

Namun kau yang selalu enggan.
Ingin cepat bergegas pergi
dan mengacuhkan segala.

dari perkataanmu 

Aku  sudah mengerti...
memang tak selayaknya ada
rasa di antara
Sebab tingkah dan kata
apalagi hati kadang tak sejalan.

Aku tahu betul 
memandangmu seperti ini saja sudah tak benar 
apalagi menyimpan harap.

Kau sudah jelas membuat jarak 
dan kita pun tahu,
yang nyata hanyalah ketidakmungkinan.

Tapi sekali lagi,
apa dayaku yang tak bisa berhenti mengagumi senyummu?

Walau pada akhirnya
aku akan memilih untuk berhenti,
biarkan aku kali ini saja
melihat senyummu

Biar kusimpan dalam ingatan
sebagai senyum termanis
yang tak seharusnya
pernah menjadi bagian dari ceritaku.



24-30 Juli 2019
~WS

Tentang Senja & Pagi

Menyatakan cinta nggak sereceh itu,
perlu prinsip, idealisme,  dan tanggung jawab.
-AlffyRev-

Hari ini saya memutuskan untuk meliburkan diri. Tidak ke kantor setelah meminta izin ke atasan tentunya, karena lututku yang terluka setelah jatuh dari motor sabtu kemarin sepulang jalan-jalan dari Moramo. Karena saya menganggap enteng luka tersebut, akhirnya infeksi dan menjadi cukup parah sakitnya nyut-nyut kalau jalan. Habis gimana, Cuma luka tergores begitu paling juga besok sembuh pikirku, sudah biasa terluka sih uppss.

Sekali-sekali tidak papakan yah mengistirahatkan badan dan pikiran. Hari ini saya benar-benar beristirahat. Sejak pagi, setelah mengkompres lukaku dengan Cairan NACL kerjaku Cuma tiduran dan main HP, makan, lalu tidur lagi.

Setelah lelah bolak-balik buka Whatsaap, Facebook, lalu Instagram, yang sudah sangat membosankan, sayapun memutuskan untuk membuka Youtube, lihat-lihat video yang lagi trending dan apa saja yang menarik. Lalu video musik Senja & Pagi muncul di berandaku. Mengingatkanku pada judul buku yang pernah saya lihat di Instagram. Saya menontonnya dan sukses dibuat baper dengan lagu dan cerita MV-nya.

Sebenarnya sudah dari beberapa bulan lalu saya melihat buku Senja & Pagi berseliweran di akun-akun penjual buku yang saya ikuti di Instagram. Sebagai penyuka senja saya cukup tertarik melihat cover dan judulnya . Tapi entah kenapa belum timbul keinginan saya untuk mencari tahu lebih mengenai buku tersebut.

Saya lalu men-stalking Instagram Alffy Rev dan istrinya dan semakin baperlah saya dengan cerita mereka. Ternyata buku Senja & Pagi yang selama ini tak pernah saya lirik adalah tentang kisah mereka. Alffy rev dan  Linka Angelia adalah dua sosok anak muda yang inspiratif. Kisah mereka bukan tentang percintaan menye-menye tetapi tentang penyatuan dua insan yang memiliki banyak perbedaan tapi disatukan dengan mimpi-mimpi dan prinsip yang sama. Meskipun saya baru mengenal mereka dan saya belum menyelami kisah mereka secara utuh tapi saya merasa cinta itu memang seharusnya seperti itu.

Tidak mudah memang untuk menemukan sosok yang benar-benar cocok dan menyatu dengan diri kita. Seseorang yang sejiwa, memiliki mimpi,  cita-cita, prinsip dan misi hidup yang sama dengan kita. Yah rasanya hampir mustahil, sosok seperti itu cuma fiksi. Sayapun berpikiran begitu tapi bukan tidak mungkin ada kan? Kita hanya belum bertemu dengan dia.

Karena itu saya memiliki sosok fiksi yang saya juluki “Matahari”. Seseorang yang ketika bersamanya diri yang biasa bisa menjadi luar biasa. Seseorang yang dengannya membuat diri nyaman, mau bercerita apa saja, mau berbagi mimpi, mau mengerti dan menggapai mimpi bersama. Kalau kata Alffi Rev dan Linka Angelia mereka adalah Partner in crime, pun seperti kata penulis Ahmad Fuadi yang mengibaratkan dia dan istrinya adalah  The dynamic duo.

Cinta memang harusnya begitukan penuh filosofis. Cinta memang sederhana, tapi bukan semata perkara perasaan. Lebih dari itu. Cinta harusnya membuat kita menjadi versi terbaik diri kita. Bukan mengubah diri menjadi apa yang dia inginkan tapi bagaimana kita sama-sama belajar menjadi apa adanya dan menjadi lebih baik.

Kita tak perlu khawatir dan tergesa, sebab orang yang tepat akan datang di waktu yang tepat. Bertemu dan menyukai seseorang itu wajar. Tapi bila dia tak memiliki rasa yang sama apalagi pandangan hidup yang sudah berbeda sejak awal, sudah pasti bukan dia yang kita cari. Jangan resah dan kecewa, karena dia yang memang ditakdirkan Tuhan untukmu akan datang di waktu dan dengan caranya sendiri.


~WS

Sunday, 21 July 2019

Manusia Biasa


Aku hanyalah manusia biasa
Bisa merasakan sakit dan bahagia
Izinkan ku bicara
Agar kau juga dapat mengerti

Lagu terbaru milik Judika mengalun lembut. Lagu yang sangat romantis dan lagi ngehits saat ini. Aku juga menyukainya dan sering kuputar di play list. Dan penggalan lagu di atas seolah mewakili perasaanku sekarang. Bukan, bukan karena aku sedang jatuh cinta, bukan juga karena aku sedang patah hati, hanya aku sedang kecewa pada waktu yang kadang bercandanya sungguh terlalu.

Aku juga adalah manusia biasa yang bisa merasa sakit, terluka dan juga bahagia. Aku ingin bicara tapi tak tahu pada siapa perihal masalah yang bertubi belakangan ini. Hanya isi di kepalaku yang tak berhenti mendebat dan kadang bikin frustasi.

Di saat aku coba mencari ketenangan eehh setelahnya masalah baru muncul lagi. Baru saja aku merasa sedikit bahagia karena melihat senja yang cantik, setelah pulang kenyataan mempertemukanku dengan amarah yang tak mau percaya pada kata.

Sebenarnya, aku juga bingung apa yang membuat aku berpikir terlalu keras seperti ini? Malah aku hanya menyiksa diri sendiri. Beratku semakin menyusut, pipiku semakin tirus, dan hatiku tak pernah tenang.  Aku tahu setiap orang memiliki masalahnya sendiri, hanya berbeda kadar dan beratnya. Aku tak perlu seolah menjadi manusia yang paling kasihan di muka bumi ini. Aku malah jauh lebih beruntung. Masih bisa bernapas dengan baik, pendengaran yang sempat terganggu dua minggu lalu juga sudah pulih, cuma sedikit nyeri di gusi yang sedang membengkak karena gigi bungsu yang baru mau tumbuh. Selebihnya aku tak kurang suatu apa. Kenapa aku tidak bersyukur dan hanya sibuk merutuki nasib yang sebenarnya baik-baik saja?

Akupun maunya begitu. Aku juga ingin bersikap masa bodo, cuek dan tak peduli pada apapun tapi aku bukan tipe orang yang seperti itu. Aaah dan aku malah bercerita tentang semuanya di sini. Padahal sebenarnya aku ingin menulis sesuatu yang menyenangkan saja. Tapi, kalau hanya hal-hal menyenangkan saja yang aku tulis, apa gunanya menulis? Sedang di saat begini, untuk bicara aku tak mampu dan menulislah caraku untuk setidaknya melepas sedikit beban.

Berbicara menulis, kadang aku merasa mungkin orang menganggapku alay karena terlalu sok puitis dan melankolis. Apalagi kalau meng-upload foto di media sosial yang kuberi caption sajak-sajak kecil. Tapi itu tak masalah, karena dengan begitu aku menjadi beda dengan orang kebanyakan. Beda itu bukan aib justru menjadi beda adalah sesuatu yang baik. Apalagi menulis yang tak semua orang bisa merangkai kata dengan baik. Bahkan akupun tidak semahir itu. Aku hanya mencoba untuk tetap ada tulisan yang aku buat. Meski hanya coretan-coretan kecil tentang apa yang kurasa dan tidak sebagus tulisan mereka yang memang adalah seorang penulis.

Kalau kata pak Aswan dosenku di kampus, “Menulis adalah merayakan hidup.” Lain lagi kata Rintik Sedu, baginya menulis itu menyembuhkan. Yah dengan menulis kita merayakan hari ini, entah itu baik atau buruk dengan menulis kita jadi menghargai hidup kita. Menulis itu memang menyembuhkan, karena sesak yang menghimpit di dada dan memenuhi rongga kepala itu butuh pelampiasan, butuh ruang untuk di keluarkan. Jika pada manusia tak memungkinkan, maka menulislah solusinya. Karena hanya dengan menulis kita bisa bercerita dengan bebas, tanpa takut tak didengarkan, tanpa takut dicemooh, tanpa perlu merasa kecewa bila diacuhkan.

Sebenarnya ada banyak hal yang ingin kuceritakan, tapi mungkin lain waktu saja. Dan untuk tulisan berikutnya, aku janji aku akan menulis tentang sesuatu yang menyenangkan.



~WS

Monday, 8 July 2019

Gara-gara Banana

Hujan kecil-kecil di luar. Aku terkantuk di depan komputer. Suara gerimis kecil samar kudengar. Pendengaranku terganggu. Hadiah dari pantai kemarin. Insiden kecil yang meninggalkan trauma.

Tak ada waktu buat mengeluh, bukan juga saatnya mencari kambing hitam. Karena apa yang terjadi memang sudah seperti seharusnya. Mungkin pantai hanya ingin memberi kenangan yang tak terlupa dan memberitahuku sesuatu. Aku tahu, ada yang tak semestinya berkembang, ada yang perlu dipadamkan, dan kemudiam dilupakan.

Kemarin cuaca sunggu cerah.
warna senja memikat membuat segala yang diterpa berwarna oranye, menemani perjalanan pulang. Tapi pantai bagiku benar-benar kelabu dan perjalanan sore itu sudah tidak menyenangkan lagi. Aku ingin segera sampai di rumah, istirahat lalu bangun di pagi hari seperti biasa. Berharap yang terjadi hanya sebatas mimpi. 

kini gelap sudah kembali bercumbu dengan dingin. Aku menggigil dan telingaku masih berdenging.
Doakan besok aku lekas sembuh....


~WS