Sunday, 18 March 2018

Tentang Masa Lalu



Sebenarnya, saya sudah malas untuk mengingat-ingat ataupun sekadar tahu tentang seseorang dari masa lalu saya itu. Mungkin sebagian orang berpikir kalau suatu hubungan selesai kita tetap harus menjalin komunikasi yang baik. Hitung-hitung menyambung tali silaturahmi karena bagaimanapun kita pernah menjadi orang yang sangat dekat. Tapi tidak bagiku, hal tersebut tidaklah berlaku. Apa yang sudah selesai ya sudah selesai saja. Masa lalu ya berlaku sebagai masa lalu saja. Cukup menjadi pelajaran dan pengalaman berharga agar tak terulang lagi. Saya memang orang yang seperti itu, kalau kamu memiliki pendapat berbeda ya itu urusanmu. Tapi beginilah saya.

Bukan berarti saya tidak memaafkan ataupun masih memiliki dendam. Sama sekali tidak. Saya hanya tidak ingin berurusan lagi dengan hal-hal yang pernah membuat saya kecewa dan terluka. Apalagi saya sudah berjalan sejauh ini, terkadang saya masih tak menyangka bahwa ternyata saya sanggup. Karena jujur saja, saya dulu pernah berpikir mungkin takakan sanggup kalau tidak dengannya, kalau tanpanya. Bahkan terlalu sulit menjalani hari-hari setelahnya. Berbagi cerita mengenai apa yang saat itu saya rasakan kepada teman-temanku pun tidak bisa. Toh dengan menyimpan semuanya sendiri bisa membuatku menjadi lebih kuat sampai akhirnya bisa lepas dari bayang-bayang masa lalu itu.

Lantas kenapa saya membahas ini sekarang dan di sini? Karena beberapa hari yang lalu saya tidak sengaja berpapasan dengannya di sebuah swalayan besar di kota ini dan sialnya saya bersitatap dengannya sekilas. Cuma sepersekian detik, tapi membuat saya kepikiran sampai berjam-jam dengan berbagai pertanyaan. Kenapa harus berpapasan dengannya? Kenapa saya harus berbalik ke arahnya di saat dia juga sedang melihat ke arahku? Hari itu aku merasa sangat-sangat tidak beruntung.

Lalu baru saja saya mendapat kabar dari teman yang sangat dekat denganku. Yang ternyata masih berteman dengan Dia di media sosial. Katanya Dia sudah move on dan telah memiliki pasangan yang baru. Langsung kujawab dengan mengucap “Alhamdulillah, baguslah semoga Dia bahagia. Ini benar tulus dari hatiku yang paling dalam. Walau sebenarnya saya tidak mau tahu apapun tentangnya lagi. Saya tidak membecinya hanya mungkin karena saya pernah merasakan kecewa yang terlalu dalam karenanya. Bukan juga karena saya belum bisa move on, tenang saja saya sudah melupakannya sejak lama.

Saya hanya ingin menegaskan lagi, masa lalu yah selayaknya masa lalu. Tak perlu dikenang dan diingat-ingat karena keberadaannya hanya di masa lalu. Cukup jadi pelajaran untuk menjadi manusia lebih baik lagi. Dia bukanlah kesalahan, tapi banyak hal yang salah tentang masa lalu yang perlu kuperbaiki dan tak ingin kuulangi.

Ooh iya, saya memang masih sendiri, tapi sendiri itu bukan berarti belum move on. Saya hanya belum menemukan “Dia” yang sejati.

~WS

Minggu, 18 Maret 2018

No comments:

Post a Comment